03/11/11

Guru?

Kalau dengar kata Guru, apa yang ada di pikiran kita pasti beberapa hal seperti pelajaran, sekolah, belajar, ulangan, tugas, atau hal-hal lain yang sering kita temui di sekolah.
Tugas seorang guru adalah untuk mendidik, membimbing, mengajari, dan membina murid-muridnya kan?

Nah, aku punya seorang guru, sebut saja Pak M. Pak M ini adalah guru geografi yang mengajar di kelasku. Entah kenapa dari awal pertemuan pertama, aku sudah kurang 'sreg' sama Pak M ini. Apalagi waktu Pak M bilang "Bapak ga suka liat catatan kalian ga rapih (maksudnya ga berbentuk paragraf)" Aku yang notabene tidak suka menulis catatan dalam bentuk paragraf langsung berpikir, 'What the.. apa banget laah... orang ini catatan aku kok, bukan catatan bapak. Kan yang mau bacanya aku, bukan bapak!' Tapi ya sudahlah.. toh catatan sama sekali tidak diperiksa. Dan lagi pula bukan itu intinya.

Jujur, makin lama kok sepertinya Pak M jadi sering menjelek-jelekkan sesuatu? Tapi yah, maklumlah... pola pikir 'orang lama'...
Waktu ulangan pertama, jujur, anak-anak kelasku sama sekali tidak ada yang tahu tipe soal yang seperti apa yang akan keluar karena kami sama sekali belum kenal tipe soal Pak M, dan Pak M sendiri tidak bilang tipe soal seperti apa yang akan keluar. Alhasil nilai kami do re mi fa sol. Jelas saja Pak M marah. Well, emang itu tindakan yang wajar bagi seorang guru. Bagian yang tidak wajarnya itu saat Pak M bilang anak-anak kelasku goblok, pertanyaan kami goblok, jawaban kami, kami goblok, dan semuanya goblok. Dan kalau dihitung-hitung Pak M bilang kami goblok sampai enam atau tujuh kali saat pertemuan itu alias dalam satu pertemuan pelajaran geografi. Belum lagi Pak M bilang kami bodoh dan tidak punya otak atau sama sekali tidak pernah memakai otak, munafik, dan tolol.
Jelas aku merasa tersinggung. Aku sama sekali tidak merasa kalau aku 'bodoh' dan 'tidak pernah memakai otak' apalagi 'tidak punya otak', dan yang lain-lainnya. Memangnya apa hak Pak M mengatai kami seperti gitu? Toh orang tua (secara harfiah; orang tua biologis; orang tua kandung) kita pun SAMA SEKALI TIDAK PERNAH berkata begitu. Tapi kenapa Pak M yang notabene cuma 'orang tua' (bukan secara harfiah; bukan orang tua biologis; bukan orang tua angkat apalagi kandung; pengganti orang tua kandung di sekolah) yang baru kenal kami sekitar 4 bulan, sudah bisa men-judge kami seperti?

Pantaskah seorang guru (dengan metode pendidikan zaman sekarang di Indonesia) berkata begitu? Bukankah seharusnya guru itu mendidik, membimbing, mengajari, dan membina murid-muridnya? Bukannya terus-terusan mencaci dan memaki murid-muridnya. Lagi pula jam pelajaran geografi hampir selalu habis oleh cacian dan makian Pak M.
Ah, sepertinya kelasku harus sabar sampai tahun depan. Semoga tahun depan kami TIDAK diajar lagi oleh Pak M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar