26/12/10

SUSHI!!!

Halo minna-san! Lama banget nih ga ngepost sesuatu ke blog ini.. hahahahaha

Eh kali ini aku mau cerita tentang pengalaman yang baru aja aku alamin beberapa jam yang lalu tentang sushi. Langsung aja ya? Hmmm
Jadi gini, ortuku kan pergi haji tuh, nah pas mereka haji, ayah, kakak laki-laki, sama kakak perempuan aku ultah. Jadi, hari ini dirayain bareng-bareng dengan cara makan-makan di resto yang dipilih sama kakak laki-laki aku. Di Sushi Tei.
Awalnya, mama yang notabene ga suka makanan jepang (terutama sushi) ga mau. Tapi ayah aku bilang dengan entengnya, "Ya udah, hayu aja. Kapan perginya? Nanti siang?" Yak, pukulan telak buat mama. Jadi, mau ga mau mama tetep setuju sama usulan kakak laki-laki aku.
"Tapi mama pengennya makan nasi." kata Mama.
"Sushi kan ada nasinya ma..." kata kakak perempuan aku
Ngeliat muka mama yang udah ga enak, akhirnya kakak laki-laki aku bilang, "Di sana juga ada ada nasi kok ma, ga cuma sushi doang. Western food juga ada kok."
Nah, baru deh muka mama jadi enakan.

Beberapa jam kemudian, aku sekeluarga udah duduk di salah satu meja--maksudnya kursi--di Sushi Tei. Terus kita pada mesen makanan. Kita liat-liat menu, terus mama langsung nanya, "Mana yang nasinya, De?"
Ya udah aku buka aja menunya dari paling belakang dan nemu banyak menu 'don'. "Nih ma, pake nasi semua."
"Bentar... Tapi kayanya ini mah rasanya kaya makanan jepang semua ya, De?" Gila, aku langsung sweatdrop denge pertanyaannya mama. Duh, mama saya gimana sih? udah tau resto jepang, masih juga ngomong gitu... -___-v
"Ya udah, coba cari yang lain dulu." kaya aku sambil buka-buka menu
Dan eh, nemu nasi goreng tuna gitu. "Nih ma, ada nasi goreng."
"Ya udah, mama pesen itu aja." kata mama *dengan suara yang yakin banget*
Aku sama kakak-kakak aku langsung sweatdrop. Gila, masa jauh-jauh ke Sushi Tei cuma buat makan nasi goreng? Mama yang aneh...

Aku mesen Tuna Cha Soba alias mi dingin yang disajiin pake tuna dan dikasih sedikit mayonaisse. Dan nyebelinnya makanan yang aku pesen datengnya paling akhir dooong.... rese banget. Nah, sebelum makanan pesenan aku dateng tuh, aku udah nyobain unagi sushi pesenan kakak perempuan aku, sushi-entah-apa-namanya pesenan ayah aku, sama nasi goreng pesenan mama aku, plus baby octopus yang rasanya uenak buangeeeet....
Terus, kita mulai makan. Dan minuman dateng.
(dengan skala 1-10)
Minuman pesenan aku, rasa: 9 (oke banget) penampilan: 8 (oke) komentar: enak buangeeet... sodanya pas, rasa buahnya pas, pokoknya semuanya pas!
Minuman pesenan kakak perempuan aku, rasa: 8 (oke) penampilan: 9 (oke banget) komentar: enak, tapi begitu sampai ke tenggorokan langsung ada rasa odolnya
Minuman pesenan mama aku, rasa: 7 (lumayan) penampilan: 8 (oke) komentar: kaya rasa nutrisari, tapi okelah...
Minuman pesenan kakak laki-laki aku, rasa: 2 (GA BANGET *tegas) penampilan: 8 (oke) komentar: GA ENAK BANGEEET!! Minumannya kaya meledak gitu pas di mulut. Mana wasabinya kerasa banget pula. Hueeek
-Minuman pesenan ayah aku, ga aku coba, soalnya aku ga mau ketularan flunya-

Selama makan, semuanya makan sushi. Ralat, semuanya makan sushi kecuali mama. Padahal, ayah aku aja, yang notabene ga suka sushi, masih mesen dan makan sushi. (Aneh? Yah, itulah ayah saya) Tapi mama sih... boro-boro, nyentuh aja ga mau.

Well, meskipun banyak yang terjadi pas di resto, kita semua tetep seneng. Soalnya jarang-jarang tuh aku sekeluarga bisa kumpul lengkap. Biasanya tuh kakak laki-laki aku pasti ga ikut, maklumlah... orang sibuk *jotosed*

Yak, itu aja deh kayanya yang mau aku post hari ini. Yosh, see ya!

--Wait... satu lagi,
GOGOGOGOGOGO INDONESIAAAA!!!! POKOKNYA HARUS MENANG DARI MALAYSIAAAA!!!

25/11/10

QL!!

Ayo~~ besok udah QL loooh....

Gogogogogo ANGKLUNGXII!!! (haha naoon sih?)

Semoga ga ada masalah yang parah banget.. (soalnya, personally, aku ngerasa kalau guru-guru tuh suka banget bilang ANGKLUNGXII troublemaker, padahal masih ada angkatan yang jauuh lebih parah dari ANGKLUNGXII)
Semoga nanti ga ada ceramah yang bikin males (walaupun aku ragu sama hal itu)
Semoga nanti ketua PROSPEK sama PENSI yang kepilih tuh yang terbaik... (amiiin)

Well, semangat buat ANGKLUNGXII! Love you all! :*

SB, temennya JB (naon sih? ga nyambung)

Judul post ini emang rada(baca:sangat) ngawur. Masa SB (Sangat Bete) jadi temennya JB(Jajan Baso)? Kan ngaco... -__- Ah sudahlah... dari pada tambah ngaco, mending langsung aja ke intinya.

Aih entah kenapa akhir-akhir ini aku bt banget sama guru-guru... Ah terserah deh.

Tapi gila juga ya... Aku nge-post posting ini pas hari Kamis, tanggal 251110--Hari Guru. Ironi? Hahahaha lucu

15/11/10

Hmmm Nothing

Halo! Sebenernya post ini mau aku post pas hari kejadiannya, tapi yah, apa boleh buat, modemnya kesamber petir sih...
Hmm langsung aja. beberapa hari yang lalu--kalo ga salah sih hari Senin tanggal 081110--
Kasian banget si Mpit.. Soalnya matanya 'kelempar' lakban sama si Fikri. Kasian bangetlah, kelopak matanya sampe bengkak. Udah gitu dua hari kemudian ga masuk gara2 ke dokter. Watir pisan.. Yah, untungnya sekarang udah sembuh.

Kalo ga salah sih seminggu yang lalu, hari Rabu tanggal 101110, Bu Ati ngambek sama anak-anak IXB. Yah, aku akui sih kita emang ribut, tapi toh ga ribut-ribut amat kok, dan Bu Atinya juga biasa aja. Terus beberapa menit abis bel jam pelajaran pertama, Bu Ati bilang "Sok sekarang kalian ke kelas aja." (waktu itu kita lagi pada di lab biologi, soalnya Bu Ati presentasi pake powerpoint) Terus kan kita pada bingung, eh tiba-tiba si Fikri langsung nyelonong pergi keluar. Udah gitu Bu Atinya keliatan tambah bt, terus keluar dari lab. Begitu Bu Ati keluar, dengan tiisnya si Fikri masuk lagi ke lab sambil bilang "Eh, Mirror perginya pake truk!" omfg! emang penting ya? Udah gitu kita semua pada ke VIIA buat minta maaf ke Bu Ati. Meskipun Bu Ati bilangnya udah maafin, tapi Bu Ati juga bilang "Ibu mah ga bakal ngajar lagi di IXB. Sok sekarang kalian ke kelas, belajar sendiri."
JDEEEER!!! Gila! Kita pada kaget banget. Setelah minta maaf berulang kali, akhirnya Bu Ati ngusir kita dan kita balik ke kelas.

Masih di hari yang sama, Rabu 101110, pelajaran B.Inggris. Bu Tanti marah-marah gara-gara kita pada ke toilet waktu ganti pelajaran (yan ada di kelas hanya sekita 7 orang--sepertiga dari jumlah harusnya). Well, kita toh emang pada dasarnya kita ga suka sama Bu Tanti. Apalagi waktu Bu Tanti nagihin 5.000 ke anak-anak yang ga bawa kertas Ma Liang.

Besoknya, Kamis 111110, awalnya biasa aja. Tapi waktu pelajaran Geo, Bu Evie nasehatin kita sampe kurang lebih 40 menit. Wew... alhasil ga ada yang presentasi hari itu.

Little Secret

.
LITTLE SECRET
Presented by: Murasaki Sakura
.
Summary: Empat hal—seorang pemuda, seorang anak kecil, kematian, dan setelah kematian—, empat perasaan—iri, kagum, bersalah, dan bahagia—, dan satu orang. Summary macam apa ini?!!
Disclaimer: Persona 3 tetep punya ATLUS kok
.
.
SILVER FIST
Hei,
apa kau tahu?
Sebenarnya aku sangat iri padamu.
Kau begitu hebat, begitu percaya diri, dan begitu kuat.
.
Jika dibandingkan denganku?
Hahahaha malah hanya akan membuatku bertanya,
Sebenarnya untuk siapa kugunakan kekuatanku?
.
Hei,
apa kau tahu?
Aku pun sangat mengagumimu.
Kurasa, bila kau tahu siapa sebenarnya aku,
maka kau hanya akan tertawa dan meninggalkanku.
.
Karena itulah aku selalu mengenakan topeng ini dihadapan semua orang
Karena untuk melindungi diriku yang lemah dengan sebuah kebohongan
.
Hei,
apa kau tahu?
Meskipun aku iri sekaligus kagum padamu,
aku selalu senang menjadi sahabatmu
.
BROWN LITTLE BOY
Mata anak itu selalu mengingatkanku pada hal yang paling tak ingin kuingat.
Ya, kebodohanku sendiri.
Membuatku mengingat betapa lemahnya diriku.
Dan aku sangat membenci itu
.
Meskipun perasaan bersalah selalu menggerogoti hatiku,
Aku sama sekali tidak bisa mengatakannya padamu karena diriku yang seorang pengecut
.
Meskipun hanya satu kata,
tapi mengapa begitu sulit?
.
Hari itu,
Sudah kuputuskan bahwa aku harus mengakhiri perasaan ini.
Akan kubiarkan kau membunuhku.
Karena aku tahu, hanya hal itulah yang dapat membuatmu tenang.
.
Maafkan aku
.
LAST FULLMOON
Angin malam yang begitu menusuk,
Hawa membunuh yang begitu mencekam,
Sinar rembulan yang begitu hampa,
Tak membuatku mengurungkan niatku.
.
Aku tahu,
Hari ini adalah hari pembalasan bagimu padaku.
Dan aku menerimanya.
Karena aku tahu, aku memang bersalah padamu.
.
Tapi, takdir berkata lain.
Ternyata nasibku bukanlah mati di tanganmu,
Tapi mati di tangan lelaki itu.
.
Takdirku bukanlah mati karena ketajaman tombakmu,
Tapi karena pelurunya yang begitu cepat menembus diriku.
.
Tapi, pada akhirnya aku bisa lega.
Karena satu-satunya hal yang bisa menebus dosaku telah tercapai,
.
Ya, kematianku.
.
FOREVER
Putih.
Yang kuingat adalah putih.
Karena semua menjadi putih di pandanganku saat itu.
.
Seruan-seruan yang begitu kukenal terus memanggilku di kejauhan.
Rasanya ingin kujawab seruan mereka,
kugapai tangan-tangan mereka,
kuhampiri mereka.
.
Tapi kurasa mustahil.
Karena saat ini, aku sudah mati.
.
Entah sudah berapa lama aku memandangi kalian semua dari sini
.
Saat kalian menangis untukku,
saat kalian berjuang melawan shadow,
saat kalian bahagia akan kemenangan,
.
Ah, senandainya aku bisa bersama kalian lagi…
Seandainya aku bisa tetap bersama kalian…
.
Satu hal yang ingin kuucapkan,
Terimakasih teman-teman,
Aku tahu kalian tidak akan melupakan aku
Dan aku pun tidak akan melupakan kalian

Selamanya…
.
.
WAKS!! APA-APAAN INIII?!!! GYAAAAAAAAAAH!!
Gomen ne… Otak Saku lagi error nih gara-gara makan ramen yang pedesnya setengah mati… Makanya jadi bisa bikin yang beginian.
Eh ada yang bisa ngerti maksud dari fic ini? Kalau ada, hebat. Soalnya Saku sendiri agak ga ngerti. -__-

Behind the Mirror chapter: IV

.
Summary: Apa kau tahu apa yang ada di balik cermin? Ketika kau tahu, bisakah kau mengingkarinya? CHAPTER IV: REFLECTIONS AND SHADOWS: …Kau adalah aku, aku adalah kau. Kita adalah satu…
Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha Corp.
.
BEHIND THE MIRROR
.
.
Aku ingin menjadi lebih kuat!
Aku ingin menjadi lebih hebat!
Aku ingin bisa melindungi orang-orang yang kusayangi!
Aku ingin dunia melihatku!
.
Murasaki Sakura Presents:
BEHIND THE MIRROR
CHAPTER IV: REFLECTIONS AND SHADOWS
…Kau adalah aku, aku adalah kau. Kita adalah satu…
.
Matahari bersinar sangat cerah di luar sebuah pondok kecil. Meskipun begitu, angin berhembus cukup kencang, membuat para penghuni pondok itu sama sekali tidak merasa kepanasan. Sembilan orang tengah mengerjakan berbagai aktivitas di dalam pondok itu. Ada yang sibuk bertengkar, ada yang sibuk melamun, ada yang sibuk membuat minuman, dan ada juga yang sibuk saling memerhatikan.
“Silahkan tehnya,” kata seorang gadis berambut hitam yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi sembilan gelas teh hangat
“Terimakasih,” kata seorang remaja berambut aqua, Mikuo
Seorang anak lelaki yang sangat mirip dengan gadis berambut hitam tadi langsung meletakkan gelas-gelas berisi teh hangat itu di meja kayu yang ada di tengah-tengah mereka semua. Kaito langsung mengambil gelasnya dan menyesap isinya. “Hei, teh ini enak!” katanya
“Benarkah? Terimakasih,” gadis berambut hitam tersenyum manis
“Sama-sama.” Kaito membalas senyumannya. Tiba-tiba Kaito merinding. Dia merasa ada aura pembunuh di dekatnya.
“Hei, tak usah genit-genitan segala dengan Rui. Bisa-bisa kau dibunuh,” bisik pemuda berambut merah yang sangat mirip dengan Kaito
“Ha? Apa maksudmu?” tanya Kaito kebingungan, tapi pemuda itu masih bisa merasakan aura pembunuh yang makin memancar. Kaito merasakan tatapan menusuk dari sampingnya. Lalu dia pun menoleh ke arah sumber tatapan itu. Dilihatnya anak lelaki berambut hitam yang mirip dengan gadis berambut hitam itu tengah menatapnya dengan pandangan membunuh. Kaito juga dapat merasakan aura pembunuh yang dirasakannya juga berasal dari anak lelaki itu
“Rei!” panggil gadis berambut hitam. Suara gadis itu sukses membuat si pemilik nama sedikit terlonjak. “Jangan menakut-nakuti Kaito,” lanjut gadis itu
“Huh!” anak lelaki itu hanya mendengus sambil membuang muka
“Maaf ya, kadang-kadang Rei bisa jadi menyebalkan seperti itu. Padahal biasanya tidak kok!” gadis itu membungkuk sedikit
“Tidak apa-apa,” Kaito tersenyum sambil menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal
“Tunggu, rasanya tadi kau bilang ‘Jangan menakut-nakuti KAITO’” celetuk Mikuo. Remaja bermata aqua itu memberi penekanan pada kata terakhirnya
“Ya,” gadis itu mengangguk
“Dari mana kau bisa tahu nama Kaito? Padahal kami sama sekali belum memperkenalkan diri.” tanya Mikuo tajam
“Hahahaha tidak terlalu serius seperti itu, Mikuo. Santailah sedikit sepertiku!” kata pemuda berambut hitam yang sebagiannya dicat merah
“Kau juga tahu namaku?!” seru Mikuo
“Tentu saja, bodoh! Kami tahu semua nama kalian,” kata si rambut merah
“Tolong jelaskan apa yang terjadi di sini!” pinta Rin dengan tegas
“Sudah kuduga,” si rambut merah bersungut. “Tapi kurasa, dijelaskan pun tidak ada gunanya. Kalian tidak akan mengerti!” lanjutnya dengan nada meremehkan
“Apa kau bilang?! Kau pikir kami ini bodoh?!” Mikuo berdiri dari kursi tempatnya duduk dan menatap pemuda berambut merah itu dengan sengit
“Whoa whoa… Lebih baik kau tenang dulu. Tentu saja aku hanya bercanda,” pemuda berambut merah itu memperlihatkan cengiran jahilnya
“Sudahlah, Akaito, kurasa Tuan Mikuo sama sekali tidak suka dengan lelucon bodohmu!” lerai pemuda berambut hitam yang sebagian dicat merah. Pemuda berambut merah itu hanya mengedipkan sebelah matanya dan kembali menampakkan cengiran kudanya.
“Baiklah, kurasa kami harus memperkenalkan diri terlebih dahulu,” kata anak lelaki berambut hitam, Mikuo mengangguk tanda setuju
“Namaku Kagene Rei,” kata anak lelaki itu. “Dan ini kembaranku, Rui,” lanjutnya sambil menengok ke arah gadis berambut hitam yang berada di sebelahnya
“Aku Akaito!” pemuda berambut merah itu tersenyum
“Kalian bisa memanggilku Rook,” pemuda berambut hitam yang sebagian dicat merah
“Namaku Kagamine Len,” Len memperkenalkan dirinya
“Aku Kagamine Rin, kembarannya Len!” kata Rin ceria
“Hatsune Mikuo,” kata Mikuo dingin
“Aku adik Kak Mikuo, namaku Hatsune Miku” Miku membungkukkan badannya sedikit
“Dan namaku Shion Kaito!” Kaito menutup perkenalan
“Sudah kubilang, kami sudah tahu nama kalian!” pemuda berambut merah bernama Akaito
Tak ada yang menanggapi kata-kata Akaito. Mereka semua hanya diam di tempat, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Mikuo mengedarkan pandangannya pada kedelapan orang yang berada di ruangan itu. Dan akhirnya memutuskan untuk membuka percakapan.
“Darimana kalian tahu nama kami?” tanya Mikuo
“Tentu saja kami tahu, karena kami ini kalian,” Akaito menjawab pertanyaan itu dengan santai. Tangannya dikaitkan di belakang kepalanya yang tertutup rambut merah
“Aku tidak mengerti…” kata Miku
“Kalian ingat darimana kalian masuk ke sini?” tanya Rook setelah menyeruput teh hangatnya
“Cermin…” gumam Rin
“Tentu saja, cermin! Itulah jawabannya!” Akaito menepuk puncak kepala Rin
“Tolong jelaskan! Aku masih tidak mengerti!” pinta Miku
“Tentu,” Akaito mengangguk. “Begini…”
“Kurasa akan lebih baik jika bukan kau yang menjelaskannya, Akaito.” sela Rook dengan sinis
“Apa maksudmu, Rook?” Kaito memberikan death glarenya pada Rook
“Biar aku saja yang jelaskan,” lerai Rei
“Silahkan,” Rook tersenyum. Rei menghela nafas, kemudian menganggukkan kepalanya.
“Kami menyebut dunia ini Hyuponia. Kalian, manusia, tidak mengetahui keberadaan kami dan dunia ini karena kami selalu menjaga portalnya agar selalu tertutup. Tapi karena suatu alasan, aku harus memanggil kalian ke sini.” mata kuningnya memandang lurus ke mata biru Len
“Kurasa itu sama sekali tidak menjelaskan apa-apa.” Mikuo melipat kedua tangannya di depan dada. Rei tersenyum sekilas
“Kalian tahu siapa kami?” tanya Rei
“Kau sendiri yang bilang kalau manusia tidak mengetahui keberadaan kalian dan dunia ini,” jawab Mikuo sinis
“Kami biasa disebut Reflection.” kata gadis bernama Rui
“Reflection?” tanya Rin
“Ya. Karena kami, yang hidup di Hyuponia adalah refleksi dari kalian, yang hidup di Dunia.” jelas Rui setelah meletakkan gelas berisi teh hangat di tangannya ke atas meja.
“Refleksi dari kami?” mata Mikuo sukses membulat mendengar penjelasan Rui
“Ya,” Rui mengangguk, “Bisa dibilang bahwa kami ini adalah perwujudan dari apa yang ada di hati kalian.” lanjutnya
“Lalu, apakah artinya kalian adalah perwujudan dari hati kami?” tanya Kaito
“Tepat sekali!” sahut Akaito ceria, “Apa kau bisa menebak dari hati siapa aku tercipta?” sambung Akaito
“Hatiku?” tanya Kaito
“Tepat!” seru Akaito sambil mengacungkan jempolnya
“Kalau begitu Rei dan Rui adalah perwujudan dari hatiku dan Rin?” tanya Len
“Benar sekali,” Rei mengangguk
“Apa? Berarti dia adalah perwujudan dari hatiku?” tanya Mikuo kaget, jari telunjuknya mengarah ke dada Rook
“Hahaha benar sekali, Tuan Jenius!” Rook menepuk puncak kepala Mikuo
“A-apa?!” Mikuo memberikan death glare-nya pada Rook
“Kalau begitu bagaimana denganku?” Miku menyela
“Ah, benar sekali! Di sini bahkan tidak ada reflection yang bisa menjadi perwujudan dari hati Miku!” seru Mikuo penuh kemenangan. “Coba jelaskan itu!”
“Aku sendiri tidak tahu soal itu. Tapi kita bisa mencaritahunya nanti, setelah kita menyelesaikan masalah yang akan kukatakan pada kalian.” Rei mengangkat kedua bahunya dan menatap mereka semua dengan tatapan serius
“Masalah?” tanya Miku
“Ya. Biar kujelaskan. Kami, yang hidup di Hyuponia terbagi atas dua golongan. Reflections, perwujudan dari hati manusia yang hidup di Dunia seperti kami, dan Shadows, Reflections yang kehilangan wujud aslinya di Dunia.” jelas Akaito
“Dalam setiap jiwa Reflections—atau sebutlah kami, kami mengetahui siapa sebenarnya wujud asli kami di Dunia meskipun wujud asli kami sudah meninggal. Tapi, berbeda dengan para Shadows. Mereka entah bagaimana melupakan wujud asli mereka sehingga mereka kehilangan kendali diri dan melakukan berbagai hal yang merugikan dan sulit dikendalikan.” sambung Rei
“Bagaimana kalau kita langsung ke inti permasalahan?” usul Kaito
“Masalahnya muncul sejak beberapa bulan yang lalu, sekumpulan Shadows yang dipimpin oleh seorang Reflection menyerang Kastil dan mengganggu kehidupan Hyuponia yang bisa dibilang cukup damai. Beberapa Reflections telah mencoba membuat aliansi untuk memerangi mereka, tapi usaha-usaha aliansi itu selalu gagal.” jelas Rei panjang lebar
“Jadi, maksud kalian memanggil kami kesini adalah untuk membantu kalian?” tanya Len yang menatap lurus ke mata Rei. Biru laut melawan kuning matahari.
“Ya,” Rei menganggukkan kepalanya
“Whoa kurasa ini bukan urusan mudah!” seru Kaito yang disambut anggukan setuju dari Mikuo
“Mungkin negerimu ini menderita karena si Reflection dan Shadows itu, tapi kurasa itu sama sekali bukan urusan kami. Karena kami sendiri sudah tinggal di dunia yang berbeda dengan kalian. Jadi urusan dunia kalian sudah bukan urusan kami.” sahut Mikuo
“Mungkin yang kau katakan ada benarnya, Tuan Jenius. Tapi apa kau lupa? Reflections adalah cerminan dari hati kalian, bagian dari hati kalian juga.” kata Rook sambil melipat kedua tangannya di depan dada
“Tapi… tetap saja kita tinggal di dunia yang berbeda!” seru Mikuo sengit
“Kak Mikuo, cukup!” lerai Len
“Benar, Tuan Jenius, cukup!” ejek Rook yang menirukan kata-kata Len
“Kau juga, Rook!” seru Akaito. Rook hanya terkekeh mendengar seruan Akaito.
“Jadi, apa kalian mau membantu kami?” tanya Rei. Suaranya memang seserius wajahnya, tapi jika kita menatap ke jauh dalam matanya, kita bisa melihat ada sedikit kesedihan yang tersirat di sana.
Len mengangguk, “Baiklah, kami akan membantu kalian,”
“Tunggu dulu Len! Apa maksudnya ini?!” tanya Mikuo, kemarahan terdengar kentara dalam suaranya
“Ya, kita akan membantu mereka,” Len mengulangi pernyataannya
“Aku tidak setuju! Lebih baik kita pulang sekarang!” teriak Mikuo yang langsung berdiri dari kursi yang didudukinya dengan wajah penuh amarah
“Apa kau tahu caranya?” tanya Akaito
“Tidak, tapi kalian pasti tahu!” Mikuo menuding Rei
“Kalau aku jadi kau, aku tidak akan seceroboh itu.” Rei berkata acuh tak acuh
“Apa maksudmu bocah?!” amarah Mikuo semakin memuncak
“Satu-satunya cermin yang bisa kau gunakan untuk kembali adalah Cermin Agung yang berada di Kastil yang dijaga ketat oleh puluhan bahkan ratusan shadows. Selain Cermin Agung, tidak ada cermin lain yang bisa kau jadikan jalan keluar dari Hyuponia.” jelas Rei tanpa bahkan memandang ke arah Mikuo. Mendengar itu, Mikuo hanya bisa berdecih kesal.
“Kurasa, sudah diputuskan bahwa kita akan berada di sini sampai Shadows yang menjaga cermin itu hilang.” Kaito menarik keputusan
“Ya, aku tidak keberatan dengan hal itu.” Miku mengangguk
“Sama sekali tidak!” Rin menggelengkan kepalanya kuat-kuat
Rui tersenyum lebar mendengar pernyataan Kaito, Rin, dan Miku. Sedangkan Rook dan Akaito hanya nyengir kuda seperti biasanya. Rei maju ke depan Len dan menjabat tangan remaja pirang itu.
“Terima kasih… Aku tahu kalian pasti bisa melakukannya.”
Len menyambut tangan Rei dan tersenyum.
Tapi masih ada satu hal yang mengganjal pikirannya, kata-kata Mikuo, ‘Di sini bahkan tidak ada Reflection yang bisa menjadi perwujudan dari hati Miku’.
Apa yang terjadi pada Reflection Miku?
.
.
TO BE CONTINUED
TO CHAPTER V: SHADOW AND THE PRINCESS
.
Halo minna-san! Apa kabar?
Gomen kalau updatenya luamaaaaaaaaaa buaaaaaanget dan chapternya pendek buaaaaaaaanget! Gomen banget yaa soalnya Saku sangat sangat sangat sibuk dengan urusan sekolah yang bejibun! Apalagi sekarang ini Saku udah kelas 9, jadi harus banyak belajar buat UN, belum lagi banyak tugas dan ulangan… Hhhh gomen ne…
.
Thanks for all READERS! Baik yang ngereview dan yang cuma jadi Silent Readers! Juga bagi yang udah mau nungguin fic ini update! THANKS FOR YOU ALL! :DDDD

Modem, Petir, Internet?! DUAAAR!!

GILA LAH! MODEM AKU KESAMBER PETIIIIIR!

Agh! Gara-gara itu aku jadi ga bisa internetan selama seminggu lebih!!

06/11/10

QIS, Quantum Integrated Science

Huahahahaha kemaren, waktu pembahasan TO dari GO, ada selebaran tentang data diri gitu. Terus salah satu pertanyaannya: "Apakah Anda sudah mengikuti les?" jawabannya: "Tidak; Ya, di ...."
Iseng-iseng we aku tulis "Ya, di Quantum."

Naon lah

NAON PISAAAAAAAAAN PAPAN DADA AKU YANG PENUH GAMBAR DIRUSAK SAMA AYAH AKU DOOONG!!!!!!!!!!!!!!! NAON PISAN LAH!

02/11/10

Mon011110, Insiden Pongpet

Senin, 011110--kemarin

Hari ini ada ulangan math tentang statistika--materi yang bikin males. Pelajaran math adanya waktu setelah istirahat siang, jadi masih ada banyak waktu buat belajar lagi. *oke, skip time deh.*
Pendek kata, ulangan mathnya selesai. Meskipun aku ga yakin bakal dapet nilai 100, tapi yah, minimal ulangannya selesai lah. Udah gitu masuk ke jam pelajajaran terakhir, KWG. Bu Ratna bilang, "Cari data buat bahan presentasi. Tapi carinya jangan langsung semua ke labkomp, tapi perwakilan kelompok aja. Udah gitu kesananya 2 orang dulu, terus gantian." Ya udah, aku yang notabene masuk kelompok ke-5 (bareng Fikri sama Biondi), terpaksa nunggu di kelas. Tapi karena ga betah, akhirnya cewe-cewe pada keluar dan jalan-jalan.
Nah, waktu lagi jalan-jalan itu tiba-tiba kita ketemu sama Kiki dan Odip yang lagi rusuh turun tangga. Ya kita tanya aja, "Ai kalian... Rusuh-rusuh amat. Mau ngapain emang?" Terus mereka ga langsung ngejawab, tapi kaya diskusi dulu. Akhirnya Odip bilang, "Ya udah Ki, kamu cari Bu Nela aja," udah gitu Kikinya pergi.
Abis Kiki pergi, Odip cerita tentang masalahnya. Jadi gini masalahnya:

Biondi sama Fikri yang lagi jalan-jalan, ngeliat si Pongpet sama Rizqi lagi di depan ruang OSIS sambil bawa-bawa buku yang sampulnya warna biru gitu. Nah, buku yang sampulnya biru semua itu kan cuma buku math, jadi otomatis Biondi curiga. Begitu ngeliat Biondi, si Pongpet langsung nyuruh Rizqi cepet-cepet masuk ke kamar mandi. Terus Biondi sama Fikri langsung balik ke kelas dan ngecek tumpukan buku ulangan math yang ada di meja belakang. Setelah dicek, ternyata yang ga ada cuma 3 buku: Bukunya si Pongpet, bukunya Rizqi, sama bukunya Icha.
Anak-anak cowo yang tau langsung berunding di kelas. Pasalnya, kelakuan si Pongpet yang emang mencurigakan plus ilangnya buku Icha yang notabene salah satu anak terpinter di kelas bikin anak-anak cowo yang lain curiga kalau si Pongpet bakal nyontek jawabannya Icha biar dia bisa dapet nilai 100. Supaya lebih jelas, akhirnya Almand sama Biondi ke kamar mandi, terus Almand manjad ke pundaknya Biondi dan ngeliat ada apa di dalem kamar mandinya. Pas diliat, ternyata ada si Pongpet sama Rizqi yang lagi nyalin jawaban dari bukunya Icha. Udah gitu Almand langsung lapor sama anak-anak yang lain.
Zian langsung aja ngegedor pintu kamar mandinya sambil bilang, "Woi! Keluar! Anak-anak sekelas udah pada tau!" udah gitu si Pongpet sama Rizqi keluar. Kalau Rizqi sih keluar dengan muka bersalah dan ga enak, tapi kalau si Pongpet... boro-boro, dia malah keluar dengan muka sok ga berdosa. Dan Rizqi langsung ngehapus jawaban yang tadi sempet dia salin (hanya jawaban no.4 doang). Akhirnya cowo-cowo mutusin buat lapor ke Bu Nela yang notabene walikelas plus guru math angkatan aku.
Tapi cowo-cowo ga enak sama Rizqi yang notabene anak alim yang susah nolak. Temen-temen percaya kalau Rizqi sebenernya dipaksa sama si Pongpet, supaya kalau si Pongpet disidang, dia bakal punya temen. Karena pertimbangan itu, akhirnya kita ga jadi (BELUM JADI) ngelaporin si Pongpet ke Bu Nela. Tapi kita nyaranin Rizqi buat ngerjain ulang ulangannya dibawah pengawasan kita. Tiba-tiba si Pongpet (dengan muka sok ga bersalah dan sok teraniaya) bilang ke Rizqi, "Ya udah Qi, kita kerjain aja apa yang temen-temen minta. Kalau temen-temen mintanya gitu, ya udah kita lakuin gitu aja."

WHAT?!!! AKU ULANG: INI KATA-KATANYA SI PONGPET: "Ya udah Qi, kita kerjain aja apa yang temen-temen minta. Kalau temen-temen mintanya gitu, ya udah kita lakuin gitu aja."
APAAN TUH?! DIA MAKE BILANG 'KITA' SEGALA! PADAHAL ANAK-ANAK KELAS 9B CUMA NYURUH RIZQI! AKU ULANG: CUMA NYURUH RIZQI!!

Sampai-sampai Odip bilang gini: "Pokoknya kalau kita konsekuensi, kita bilang aja, 'Kita ngejalanin ini karena Rizqi dan bukannya karena si Pongpet!" dan kita setuju sama kata-katanya Odip.

Akhirnya waktu sore, ketauan juga sama Bu Nela. Karena dengan begonya si Pongpet ngerjain ulang ulangan math di kelas 9B, di depan Bu Nela. Ya jelas lah Bu Nela nanya, "Kenapa masih ngerjain?" dan akhirnya ketauan juga kejadiannya. Si Pongpet dengan begonya bilang ke Bu Nela, "Sayaga peduli meskipun dapet nilai 0!" ya jelas aja Bu Nela marah dan bilang, "Kamu terlalu ngeremehin Ibu!"
Akhirnya Bu Nela bilang, "Ibu bakal ngenilai ulangannya Rizqi kaya biasa kecuali nomer 4nya. Kalau Pongpet(manggilnya pake nama asli) sih ibu kasih nilai 0!" dan dengan tiisnya Bu Nela pergi.
HUAHAHA RASAIN TUH PONGPEEET!!! MAKANYA, JADI ORANG JANGAN RESE DONG!

Dan guess what?? Hari ini (Tue021110) si Pongpet ga masuk! Udah gitu cowo-cowo pada ngatain kalo dia ga masuk gara-gara daftar ke SLB gara-gara idungnya pongpet!

Eaa hasil TO stress...

Awalnya gini.. waktu hari minggu kemaren tuh ada TO dari GO gitu di sekolah. Kata Bu Nela sih promosi dari GO, jadinya gratis buat sekolah-sekolah di Bandung Raya.
Nah, tadi siang tuh hasilnya dibacain dan yang jadi peringkat 1,2,3nya (dari 3000an peserta) anak-anak SAF. Peringkat 1nya si Upan (ah biasa...), peringkat 2nya Dillan (wes lah pinter...), peringkat 3nya Fara (pastilah! pinter gitu!). Dan ga nyangkanya ternyata aku peringkat 7 dong!! Wahahaha gila ga sih?! padahal aku sama sekali ga belajar, ngerjain 25 soal math plus 20 soal fisika ngasal, dan sama sekali ga serius! Stress lah...

Tapi alhamdulillah deng dapet hasil yang bagus...

23/10/10

Spelling B-E-E, @EF Banda

Hari ini ada lomba Spelling Bee alias Mengeja Bee (ngaco! *geplaked*) Yah, intinya hari ini ada Spelling Bee di EF Banda, tapi sayangnya ga ada yang masuk Final dari SMP SAF. Paling tinggi aja Fara sama Ima yang masuk babak 2,5 alias 2 babak plus 1 babak kelas tambahan.

Yah, meskipun ga juara, at least we did the best!

Ada Apa Dengan Bulan Oktober?

Awalnya pertanyaan 'Ada apa dengan bulan Oktober?' ga pernah muncul di pikiran aku atau temen-temen. Tapi mulai tanggal 19 Oktober sampai hari ini, tanggal 23 Oktober, selalu aja ada kejadian yang menyangkut lope-lopean (minus ultahnya si Mpit).
Misalnya:
Hari Selasa, tanggal 19 Oktober 2010 (19102010): PA dari Biondi-Najmi
Hari Rabu, tanggal 20 Oktober 2010 (20102010): liat post ini
Hari Kamis, tanggal 21 Oktober 2010 (21102010): duit aku abis gara-gara dimintain PJ, kejadian Mpit-Kiki
Hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2010 (22102010): masih pada mintai PJ dari aku sama Dillan, Mpit-Kiki galau
Hari Sabtu, tanggal 23 Oktober 2010 (23102010): sambungan dari kejadian Mpit-Kiki

Wah wah... Ada apa ya dengan bulan Oktober?

20/10/10

Wed 20102010

3 kata: TANGGAL BAGUS BANGET.

Awalnya Nia sama aku berantem plus ejek-ejekan gitu. Terus Nia bilang, "Kalau Dillan nembak harus diterima ya?!" akhirnya gara-gara kesel aku jawab aja "Boleh!" Dan udah gitu Nianya bilang ke Dillan, dan nyuruh si Dillannya nembak hari ini (ini kejadian minggu lalu)

Dan ternyata kejadian juga... tepatnya jam 08.25. Dan pastinya aku jawab 'iya'. Hum... pendek kata kita chat sampe cukup lama. Dan di akhir dia nanya 'oh ya, supaya ga ragu2 lagi, kita... jadian, kan?'. Ya udah aku jawab aja 'Iya'.

Alhasil, temen-temen sayah pada rusuh semua cuma gara-gara sayah masang status di FB: 'ea... 20102010'. -__-

19/10/10

What?!!!

Countdown ke tanggal 20... Kemungkinan bakal ada sesuatu di tanggal 20102010 alias 20 Oktober 2010 pastinya selain ultahnya si Mpit. -___-

Muntah? Ga deh, Makasih

Paraaaaah!! Hari ini aku muntah sampe 8 kali!! Waktu pelajaran math muntahnya 4 kali, udah gitu waktu istirahat muntah 3 kali, terakhir waktu bahasa indondesia muntah sekali. Parah sangat.... Terus si Mamiccha pake nanya "Kamu udah minta pertanggung jawaban dari Dillan?" aih... naon deui? Emangnya aku ngapain coba? Huuuumph -___-
Waktu pulang sekolah (pas akunya udah baikan) aku cerita sama Dillannya kalo si Mamiccha bilang gitu, eh si Dillannya malah ketawa. Dasar... Parahnya lagi banyak banget anak-anak yang ngedengerin waktu aku lagi ngobrol sama Dillan, terus ngatain kita kaya film drama korea. Ngaco tuh!! -___-

Konsekuen!

Sambungan dari post ini.
Tadi pagi, temenku F ngasih tau kalo ternyata Bu N, Bu AK, sama Pak AS bilang kalo keputusan tentang konsekuensi kita yang bunyinya: DILARANG PAKE KANTIN DAN LAPANGAN SELAMA 2 MINGGU. (selang-seling, SEHARI KANTIN, BESOKNYA LAPANGAN), diberlakukan lagi. Soalnya kalau tiba-tiba ngubah konsekuensi yang udah susah payah dibikin waktu PENGEMBARAANXII bareng ANGKLUNGXII rasanya kan ga adil. Jadi, konsekuensi yang berlaku sekarang bukan DILARANG PAKE KANTIN SELAMA 2 MINGGUtapi DILARANG PAKE KANTIN DAN LAPANGAN SELAMA 2 MINGGU. (selang-seling, SEHARI KANTIN, BESOKNYA LAPANGAN)

18/10/10

WHITE!

Hmm... akhir-akhir ini makin seneng aja nih sama karakter anime atau manga yang rambutnya putih atau silver. Entah kenapa menurut aku itu keren bangeeeet! Contohnya aja,
1. HITSUGAYA TOSHIRO (BLEACH) , meskipun ukuran badannya imut-imut, tapi keren bangeeeet!! Hyourinmarunya juga mantapp! Tatapan matanya itu looooh.... ga nahan!! XD
2. ICHIMARU GIN (BLEACH) , lucuuuuu! Aku suka banget sama foxy grinnya!
3. HATAKE KAKASHI (NARUTO) , mukanya bener-bener bikin penasaran! Udah gitu kemampuan ninjanya oke banget, meskipun suka baca Icha Icha Series...
4. HUSKY (+ANIMA) , meskipun bisa digologin sebagai 'Cowo Bishounen', style bertarungnya yang pake tongkat keren banget! Udah gitu kepintarannya juga ga ketinggalan!
5. KIRYUU ZERO (VAMPIRE KNIGHT) , no comment deh buat Zero! XD
6. SESSHOUMARU (INUYASHA) , kakak yang keren bangeet! Pembawaannya kalem, tapi sadis juga
7. NATE RIVER (DEATH NOTE) , imuuuut! Aku suka banget sama rambutnya dan bajunya. Udah imut, lucu, pinter lagi!
8. ALLEN WALKER (D-GRAYMAN) , no comment juga buat Allen! 
9. KILLUA ZAOLDYECK (HUNTERXHUNTER) , salah satu tokoh berambut putih yang pertama aku suka! Aku inget banget begitu pertama kali liat di TV, aku langsung teriak-teriak gaje 
10. RASLER HEIOS NABRADIA (FINAL FANTASY XII) , kasian banget deh... Masa baru nikah udah meninggal lagi? T^T Awalnya sih aku juga biasa aja sama Rasler, tapi begitu baca FFXII versi manganya, baru deh ngefans berat sama Rasler
11. ZED (KIBA) , tokoh utama yang penuh semangat!!
12. HARU GLORY (RAVE) , idem sama Zed :P
13. SASAGAWA RYOHEI (KATEKYOU HITMAN REBORN!) , waktu pertama kali liat di video Trick and Tricknya REBORN! version, Kagamine Rin Len (Vocaloid) langsung suka! Apalagi mirip Akihiko
14. HOROHORO (SHAMAN KING) , kemampuannya mengendalikan es keren banget! Apalagi waktu kerjasama bareng Ren buat ngalahin Namari
15. SANADA AKIHIKO (PERSONA 3) , THE KING OF KICKBOXER YANG GANTENG ABIIIS! Tampak kece, prestasi oke, otot dimane-mane! TOP BANGEET! XD

Itu aja deh kayanya. Waduh udah 15 tuh! Itu baru cowo yang berambut putih/silver. Belum lagi cewenya, belum lagi yang berambut selain putih/silver!

13/10/10

Curhat di Kelas

Tadi siang, waktu solat angkatan, aku sama dua orang temenku (A sama I) ngobrol-ngobrol gitu tentang nilai UTS yang udah ada hasilnya. Terus, tiba-tiba Bu N sama Bu AK marah-marah gitu gara-gara soal konsekuensi angkatan. Masa Bu N sama Bu AK dengan tiba-tiba dan tanpa persetujuan kita ngubah konsekuensi angkatan sih? Kan ga adil.

Ehm ehm... biar aku perjelas, konsekuensi buat angkatan aku kalau ada yang ngelakuin kesalahan: DILARANG PAKE KANTIN DAN LAPANGAN SELAMA 2 MINGGU. (selang-seling, SEHARI KANTIN, BESOKNYA LAPANGAN)
sekali lagi,
DILARANG PAKE KANTIN DAN LAPANGAN SELAMA 2 MINGGU. (selang-seling, SEHARI KANTIN, BESOKNYA LAPANGAN)


Dan gara-gara kita udah pada kelas 9 dan ga boleh pake lapangan lagi, konsekuensinya jadi DIGANTI SECARA SEPIHAK sama Bu N dan Bu AK jadi: DILARANG PAKE KANTIN SELAMA 2 MINGGU.
Apa-apaan coba itu?


Padahal, harusnya kan 2 minggu tuh untuk 2 fasilitas (kantin sama lapangan). Kalau 1 fasilitas ga bisa dipake, otomatis hukuman/konsekuensi hanya berlangsung selama 1 minggu doang kan? Hhh... tapi nyatanya ga gitu menurut guru-guru saya tercinta *sarcastic tone*

Ah, apa boleh dikata, kadang guru-guru saya tercinta *sarcastic tone* sering ngelakuin hal-hal aneh dan konyol yang bikin bad mood. Contohnya kaya insiden konsekuensinya Bu N sama Bu AK, insiden marah-marah Bu T, Pak HR yang suka ngejek, sampai dua insiden yang menyangkut Pak M (yang pertama insiden pegang pensil atau post ini , dan satu lagi insiden stabilo warna-warni yang mungkin aku ceritain di post lain)

Akhirnya, banyak yang ikutan forum curhatnya. Yang tadinya cuma bertiga (Aku, A, sama I) jadi banyakan dan malah OOT alias Out Of Topic. Tapi ga apa-apalah... yang pasti toh intinya curhat-curhatan juga..

UTS Matematika? GILA!!!

Halooooo udah lama nih ga nge-post! Hyahahaha abisnyaa lagi UTS sih.. padahal kerjaannya OL sama main komputer mulu tuh!

Hmmm sebenernya post ini ga penting sih... Jadi, karena ga penting, udahan aja yaa... :P

*ngawur mode: OFF*

Ukyahahaha sebenernya aku mau bilang nih, UTS math aku bagus gila! Padahal pas PGnya ga ngitung! Hanya ngandalin feeling doang! padahal males ngitung tuh!
Kaget banget aku waktu kemaren Mamiccha bilang kalo nilai PG math aku 92. Rasanya ga mungkin aja gitu, masa dengan jawaban asal-asalan 98% dan ga serius 2% ternyata bisa dapet nilai segitu? Dan ternyata emang bener! Tadi siang aku liat-liat nilai UTSnya dan wah... emang beneran 92, udah gitu essaynya 88 lagi! Anehnya nilai temen-temen pada turun. Misalnya, Ihsan, nilainya turun, padahal setau aku Ihsan tuh jago math; udah gitu Amira, nilainya juga turun drastis! Padahal biasanya Amira tuh selalu masuk ranking 10 besar di angkatan; Dillan juga, meskipun ga turun-turun amat, tapi tetep aja turun. Padahal biasanya nilainya selalu di atas aku.

Entahlah apa yang terjadi sama UTS Math, yang pasti menurut Pak Acep sama Pak Ade, soal-soal UTS Math tuh harusnya jangan yang itu. Abisnya soal-soal yang dijadiin soal UTS tuh semuanya soal dari kertas kisi-kisi yang udah dibagiin sama dari soal ulangan.

16/09/10

Behind the Mirror chapter: III

.
Summary: Apa kau tahu apa yang ada di balik cermin? Ketika kau tahu, bisakah kau mengingkarinya? CHAPTER III: ANOTHER WORLD: …Apakah yang ada dalam cermin?…
Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha Corp.
.
BEHIND THE MIRROR
.
.
Aku ingin menjadi lebih kuat!
Aku ingin menjadi lebih hebat!
Aku ingin bisa melindungi orang-orang yang kusayangi!
Aku ingin dunia melihatku!
.
Murasaki Sakura Presents:
BEHIND THE MIRROR
CHAPTER III: ANOTHER WORLD
…Apakah yang ada di dalam cermin?…
.
Suara ketukan pintu membangunkan anak lelaki berambut pirang yang sedang bergelung malas dibalik selimutnya. Anak lelaki itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian anak lelaki itu mengucek matanya sebentar dan menuruni tempat tidurnya. Lalu dia berjalan malas ke arah pintu kamarnya dan perlahan membukanya. Tampaklah seorang anak perempuan berambut pirang dengan bando berpita menghiasi kepalanya.
“Pagi, Len.” sapa gadis itu ramah. Si pemilik nama hanya menggaruk rambut jabriknya yang juga berwarna pirang dengan malas. “Tumben kau bangun telat,” imbuh si gadis
“Hmm… Oh ya?” sahut anak lelaki yang bernama Len itu. Gadis bernama Rin itu menganggukkan kepalanya
“Sekarang, cepat bersiap! Kita akan pergi ke rumah Miku lagi!” seru Rin dengan penuh semangat
“Hm? Iya… Iya…” kata Len dengan malas. Kemudian Rin berjalan meninggalkan Len yang masih setengah sadar berdiri di ambang pintu kamarnya.
.
.
Len berjalan dengan langkah malas menuju kamar mandi. Dia masih memikirkan tentang bayangan di pantulan cermin yang dilihatnya kemarin. Dia mencoba mengingat-ingat rupa anak lelaki berambut hitam yang dilihatnya di cermin kemarin. Tapi sayangnya Len hanya mampu mengingat anak lelaki itu dengan samar. Len hanya mengingat rambut hitam kelam milik anak itu yang sepanjang rambut pirangnya jika tergerai, juga mata kuning milik anak itu yang menatapnya dengan pandangan menusuk, serta kemeja hitam tak berlengan yang dikenakan anak lelaki itu. Dia tidak mengingat detil lainnya tentang anak itu. Tapi entah mengapa Len merasa bahwa anak berambut hitam itu sangat mirip dengan dirinya. Tanpa terasa anak lelaki berambut pirang jabrik itu sudah sampai di depan pintu kamar mandi. Dia membukanya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi itu.
Len berjalan ke arah wastafel. Lalu dia menyalakan keran dan mencuci mukanya. Len mengambil handuk putih yang tergantung di balik pintu kamar mandi dan mengeringkan mukanya yang basah. Kemudian Len mengambil sebuah sikat gigi berwarna kuning dan pasta gigi rasa mint. Sesaat kemudian Len sibuk menyikat giginya sambil memandangi cermin yang ada di depannya. Pikirannya melayang kembali ke bayangan anak lelaki misterius berambut hitam yang dilihatnya kemarin. ‘Siapa ya anak itu? Apa itu hanya halusinasiku saja?’ pikir Len. Len meludah ke wastafel dan berkumur, tapi pikirannya belum juga beranjak dari apa yang dilihatnya kemarin.
Ditatapnya cermin di hadapannya dengan setengah hati. Lalu Len memejamkan matanya dan menghela nafas. “Itu hanya halusinasi,” katanya pada diri sendiri dengan tegas. Setelah itu dibukanya kedua mata sapphirenya lagi. Betapa terkejutnya Len ketika mendapati sepasang mata kuning tengah menatapnya dari balik cermin—persis kemarin. “HUWAAAAAAAAA!!!!” seru Len
Tubuhnya yang terjengkang ke belakang mendarat dengan kasar di atas lantai keramik kamar mandi yang keras. Dikuceknya kedua matanya, kemudian diarahkannya pandangannya ke cermin itu—hanya untuk memastikan apakah bayangan itu halusinasinya atau bukan. Ternyata Len sama sekali tidak berhalusinasi, buktinya anak lelaki sebayanya dengan rambut jabrik berwarna hitam kelam dan mata kuning tengah menatapnya dari balik cermin yang tergantung di dinding kamar mandinya.
Len berdiri dengan perlahan-lahan sambil menjadikan kloset yang ada di dekatnya sebagai pegangan. Dengan sebelah tangan memegang pinggiran kloset dan sebelah tangan memegang dadanya, Len berdiri. Setelah beberapa detik menenangkan diri, Len kembali mengarahkan pandangannya ke arah cermin. Bayangan anak berambut hitam dan bermata kuning itu masih tetap di sana. Memandangnya dengan tatapan matanya yang menusuk. Perlahan-lahan Len melangkahkan kakinya ke arah cermin itu.
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu yang cukup keras membuat Len sedikit kaget. Dia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terkunci rapat. “Len, ada apa?!” seru Neru dari luar
“Hah? T-tidak ada apa-apa!” jawab Len balik berteriak
“Kau yakin?” tanya Neru
“Yeah,” sahut Len
“Baiklah…” kata Neru sebelum terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Len membuang nafas dan kembali menoleh ke arah cermin. Namun, lagi-lagi bayangan anak berambut hitam itu lenyap begitu saja digantikan bayangan dirinya yang berambut pirang jabrik dan bermata sapphire. Lagi-lagi Len mengucek matanya dan mencari-cari bayangan anak lelaki asing itu. Tapi bayangan itu tak juga ditemukannya. Akhirnya Len menyerah dan memutuskan untuk segera mandi.
.
.
Lima orang remaja sedang duduk-duduk di sebuah ruangan bernuansa hijau yang penuh dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi. Mereka sibuk memperbincangkan hal-hal yang mereka temui kemarin di gudang.
“Kau tahu? Seperti yang kubilang kemarin, sepertinya aku sedang sial!” seru Mikuo setelah menghela nafas
“Yeah, aku juga. Aku sama sekali tidak menemukan hal menarik kecuali bola kaca itu.” timpal Kaito
“Sepertinya kali ini kita juga tidak menemukan benda menarik, ya kan, Rin?” tanya Miku. Rin mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. “Ya, hanya dua topeng itu saja,” timpal Rin
Len memandangi kembaran dan ketiga temannya tengah sibuk dengan cerita tentang pengalaman mereka masing-masing di gudang Keluarga Hatsune kemarin. Pikirannya lagi-lagi melayang ke bayangan anak laki-laki berambut hitam yang sempat dilihatnya tadi pagi. Dibiarkannya bayangan anak laki-laki itu memenuhi benaknya. Suara-suara Mikuo, Miku, Kaito, dan Rin pun terdengar semakin jauh dan jauh.
“Kurasa kita semua sedang sial kemarin!” Mikuo menyimpulkan
“Mungkin,” Kaito menganggukkan kepalanya, diikuti Miku dan Rin
“Bagaimana denganmu, Len? Apa kau menemukan sesuatu yang menarik? Seingatku kau belum menceritakan apa-apa sejak kemarin.” tanya Mikuo. Len masih membiarkan pikirannya melayang ke bayangan anak lelaki misterius itu
 “Len?” panggil Mikuo. Len belum juga memberikan respon
“Hei, Len!” panggil Kaito sambil menepuk pundak Len. Len yang kaget langsung terlonjak
“E-eh? A-apa?” tanyanya kebingungan
“Kau ini… sedang melamun ya?” tanya Rin
“Kurasa,” Len mengangkat bahunya
“Jadi, apa kau menemukan sesuatu yang menarik?” Mikuo kembali mengulang pertanyaannya
“A-aku,” Len sedikit terbata, “Mungkin, aku menemukan sesuatu yang menarik…” gumam Len
“Benarkah? Apa itu? Kenapa kau tidak membawanya ke sini?” tanya Miku dengan antusias
“Tapi, aku sendiri tidak yakin, apakah itu bisa dibilang menarik atau tidak.” kata Len ragu-ragu
“Memangnya benda apa sih itu?” tanya Kaito
“Cermin,” gumam Len
“Apa?”
“Cermin,” ulang Len dengan suara yang lebih keras
“Cermin? Cermin apa?” Mikuo menatapnya dengan tatapan penuh tanya
“Lebih baik kita pastikan dulu,” kata Len sambil berdiri dari sofa yang didudukinya
“Baiklah,” Mikuo mengangguk. Mereka berlima pun meninggalkan perpustakaan bernuansa hijau itu dan mulai berjalan di lorong-lorong panjang menuju gudang Keluarga Hatsune.
.
.
“Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?” tanya penjaga berambut merah yang ditemui Rin dan Len kemarin, Kasane Ted
“Apa kau yang menyimpan kunci gudang lama?” Mikuo bertanya balik padanya
“B-bukan saya. Sora yang menyimpannya, Tuan.” jawab Ted sambil membetulkan letak kacamatanya
“Lalu dimana Suiga?” tanya Mikuo lagi
“Tadi dia izin sebentar untuk menemui Momo,”
“Begitu ya… Terima kasih, Kasane.”
“Sama-sama, Tuan,” Ted membungkuk pada kelima orang yang ada di hadapannya sebelum kelima orang itu beranjak pergi.
.
.
Mikuo berjalan di paling depan, memimpin teman-teman dan adiknya untuk mencari penjaga bernama Suiga Sora. Mereka berjalan di sepanjang lorong panjang yang juga bernuansa hijau, melewati banyak pintu kayu yang ukurannya besar-besar. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah tangga dari batu marmer putih. Kemudian mereka berlima menuruni tangga itu menuju ke lantai bawah atau sebut saja basement.
Setelah menjejakkan kaki di anak tangga terakhir, mereka dapat melihat banyak maid dan butler yang berlalu-lalang, mereka semua terlihat sibuk. Ada yang menenteng nampan kosong, ada yang membawa troli besi berisi berbagai makanan, ada yang sibuk menenteng ember dan alat pengepel serta sapu, tapi ada juga yang mondar-mandir dengan tangan kosong. Mikuo menghampiri seorang maid berambut merah panjang. “Namine, apa kau melihat Momone?” tanya Mikuo pada gadis itu
“Tidak, tuan. Maaf,” maid itu membungkuk pada Mikuo dan langsung bertanya pada temannya, “Hei, Uta, kau lihat Momo?” tanya maid yang dipanggil Namine itu pada seorang maid lain berambut ungu
“Momo?” maid itu menoleh
“Ya,”
“Kalau tidak salah tadi pergi ke arah sana bersama Sora. Memang ada apa Ritsu?” jawab maid berambut ungu yang dipanggil Uta itu sambil menunjuk ke arah lorong yang bercabang ke kiri
“Tuan Mikuo mencarinya.” bisik Namine Ritsu pada si rambut ungu. Sedangkan maid berambut ungu itu hanya mengangguk-angguk
“Ke sana?” Mikuo kembali memastikan jawaban maid itu
“Ya, tuan muda,” maid bernama Uta itu mengangguk
“Baiklah, terimakasih, Utane.” Mikuo mengangguk singkat. “Terimakasih, Namine,” tambah Mikuo sambil tersenyum pada kedua maid itu
“Sama-sama,” balas kedua maid itu bersamaan
Kemudian Mikuo, Miku, Kaito, Rin, dan Len pun meninggalkan kedua maid itu dan berjalan ke arah lorong yang ditunjuk oleh maid berambut ungu bernama Utane Uta tadi.
.
.
Tampaklah seorang gadis yang kelihatannya seumuran dengan Miku. Rambutnya yang berwarna merah muda tergerai di punggungnya, baju maid yang dikenakannya tampak rapi, dan nampan kayu yang dibawanya diletakkan di depan perutnya. Gadis itu tengah mengobrol dengan seorang anak lelaki yang kira-kira seumuran juga dengannya. Rambutnya yang berwarna orange mengingatkan Rin pada jeruk kesukaannya. Seragam penjaga anak lelaki itu sama dengan seragam penjaga yang dikenakan penjaga bernama Kasane Ted—berwarna hitam dengan aksen merah marun di beberapa bagiannya. Sebuah gantungan kunci berbentuk bulat yang penuh dengan rencengan kunci yang terkadang sibuk bergemerincing tergantung di pinggangnya. Kedua orang yang sedang bercakap-cakap itu langsung berpaling ke arah lima orang yang baru saja datang.
“Ah! Tuan Mikuo! Nona Miku!” seru maid itu, kemudian dia dan penjaga berambut orange itu langsung membungkuk dalam-dalam
“Momone, boleh aku pinjam Suiga sebentar?” tanya Mikuo dengan tenang
“Eh, ah, s-saya, m-maksud saya, tentu saja boleh!” seru maid itu tergagap. Kemudian anak lelaki berseragam penjaga itu menghampiri Mikuo yang sudah maju beberapa langkah dari tempatnya.
“Ada apa, tuan?” tanya penjaga itu
“Aku hanya ingin pinjam kunci gudang lama.”
“Kunci gudang lama?” penjaga yang dipanggil Suiga itu memandang Mikuo dan teman-temannya dengan tatapan bingung. Mikuo mengangguk.
“Sebentar,” penjaga itu mengambil gantungan kunci berbentuk bulat yang dipenuhi rencengan kunci dari pinggangnya, kemudian memilah satu-persatu kunci itu sampai akhirnya dia menemukan sebuah kunci berwarna perak yang diberi nomor 258. Setelah melepas kunci dari gantungannya, penjaga itu memberikan kunci itu pada Mikuo. “Silahkan, tuan,”
“Terimakasih, Suiga.” Mikuo mengangguk singkat pada penjaga itu. Penjaga itu membalasnya dengan membungkuk dalam-dalam. Setelah penjaga itu bangun, Mikuo kembali berjalan ke arah keempat temannya, kemudian mereka pun melangkah pergi meninggalkan maid berambut pink itu dengan penjaga berambut orange itu.
.
.
Kaito dan Len menyimpan rantai dan gembok yang mengunci gudang lama keluarga Hatsune di samping pintu sementara Mikuo mencoba membuka pintu kayunya. Sekali lagi pintu itu terbuka, menampakkan beberapa barang yang penuh debu yang teronggok di dalamnya. Mereka saling berpandangan seakan saling bertanya siapa yang akan masuk duluan. Tapi, karena tidak mendapat jawaban, Mikuo memutuskan untuk berjalan duluan. Beberapa saat kemudian, mereka berlima sudah masuk ke dalam gudang gelap itu.
Rin merapatkan tubuhnya pada Len yang berada di sampingnya, Miku juga melakukan hal yang sama, yaitu merapat pada Len. Sedangkan Kaito hanya terkikik geli memandang kelakuan kedua anak perempuan itu dari belakang dan Mikuo yang memegang senter biru milik Kaito memimpin di depan. “Miku, apa kau tidak membawa senter lagi?” tanya Kaito
“Tidak. Maaf, aku lupa,” kata Miku
“Tidak apa-apa kok,” Kaito tersenyum sambil menepuk kepala Miku. Miku hanya tersenyum
“Jadi, apa yang kau temukan, Len?” tanya Mikuo setelah menolehkan kepalanya untuk menatap Len
“Sudah kukatakan, sebuah cermin.” jawab Len
“Dimana tepatnya cermin itu?” tanya Mikuo lagi, kemudian menyerahkan senter biru yang tadi dipegangnya kepada Len. Len mengambil senter itu dengan ragu, kemudian maju beberapa langkah.
“Kemari, ikuti aku,” kata Len pelan. Semua menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan di belakang Len.
.
.
Len mencoba mengingat-ingat jalan yang dilaluinya kemarin. Namun karena banyaknya barang dan kurangnya cahaya, Len menjadi sedikit bingung. Diarahkannya senter di tangan kanannya ke segala arah, mencoba mencari jalan yang benar. Sedangkan keempat orang yang berjalan di belakangnya hanya mengikuti langkah-langkah kecilnya dalam diam.
Tiba-tiba sesuatu melintas di dekat kaki Miku dengan cepat, membuat gadis berkucir dua itu menjerit ketakutan, “KYAAAAAAAAAA APA ITU?!!” Miku langsung berlari kea rah Kaito yang ada di belakangnya dan memeluk lengannya
“Tenang saja, Miku, mungkin itu hanya tikus,” kata Kaito santai sambil sedikit terkikik geli. Mendengar hal itu, Len langsung menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang melihat teman-temannya. Sedangkan Rin langsung merapat pada Mikuo yang berjalan sedikit di depannya.
Miku mencubit lengan Kaito “Aw! Aduh, kau ini apa-apaan sih, Miku?” tanya Kaito sambil mengusap-usap bagian lengannya yang tadi dicubit Miku
“Jangan menakut-nakutiku!” Miku menggembungkan pipinya sedikit
“Hehehe maaf. Tapi aku tidak menakut-nakutimu kok!” Kaito menampakkan cengiran khasnya
“Hmph!” Miku kembali menggembungkan pipinya
“Hei, sudahlah. Kalian ini apa-apaan sih?” tanya Mikuo. Miku dan Kaito saling berpandangan, kemudian mengangkat bahu mereka bersamaan
“Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan,” kata Mikuo sebelum menepuk pundak Len singkat. Len mengangguk dan mulai berjalan lagi.
Mereka terus berjalan diantara barang-barang bekas yang tertutup kain putih dan tumpukan debu di sana-sini. Tak ada suara di sana kecuali suara langkah kaki dan suara nafas mereka sendiri—juga terkadang suara bersin Mikuo. Keempat orang itu kecuali Len sedang sibuk menebak-nebak cermin seperti apakah yang menarik perhatian Len.
“Ke sini,” bisik Len sebelum dia berbelok menuju celah kecil diantara sebuah meja kayu yang tertutup kain putih dan sebuah lemari kayu tua yang sangat besar dan berat. Keempat orang lainnya hanya mengikuti arah langkah kaki Len tanpa menjawab. Len kembali memainkan senternya, mencari-cari dinding gudang. Dan dia menemukannya. Anak lelaki bermata sapphire itu sedikit mempercepat langkahnya menuju ke pojok gudang itu. Kemudian berlari dengan cukup cepat.
“Hei, Len! Tunggu!” seru Rin. Tapi Len tidak bisa menunggu. Anak lelaki itu masih sibuk dengan pikirannya tentang bayangan misterius yang sudah dua kali dilihatnya. “LEN!!” panggil Rin lagi. Lagi-lagi Len tidak menjawab. Rin hanya menggelengkan kepalanya sedikit sebelum mempercepat langkahnya juga. Sedangkan yang lainnya hanya memerhatikan anak kembar itu, kemudian ikut mempercepat langkah juga. Akhirnya Len sampai di pojok ruangan. Dia mengarahkan senternya ke berbagai arah untuk mencari pantulan cahaya dari senternya seperti yang dilihatnya kemarin. ‘Ketemu!’ batinnya. Len beranjak dari tempatnya dan mendekati cermin itu.
Dia mengamati setiap detil cermin itu yang dilewatkannya kemarin. Ternyata itu adalah cermin yang sudah cukup tua. Cerminnya sudah tidak jernih lagi—tapi sedikit kusam karena usia. Pinggirannya pun dipenuhi ukiran-ukiran yang rumit yang dipenuhi debu. Dan kain putih kusam yang menutupi cermin itu kemarin masih teronggok di depan cermin itu.
Pandangan Len kembali jatuh pada cermin itu. Dia menatap bayangannya lekat-lekat. Normal. Anak lelaki berambut pirang dikucir dengan poni berantakan, mata sebiru langit, mengenakan kemeja putih berlengan panjang yang dilipat sampai siku, vest cokelat muda yang terlihat sedikit acak-acakan, celana hitam selutut, dan ikat pinggang berwarna hitam-kuning. Ya, yang dilihatnya adalah bayangan dari Kagamine Len, bukan bayangan anak lelaki dari anak lelaki misterius itu.
Len menutup matanya dan membuang nafasnya dengan lega. ‘Jadi itu memang hanya halusinasiku saja…’ batinnya lega. Anak lelaki berambut berambut pirang itu kembali membuka matanya dan tersenyum kecil ‘Kurasa aku hanya kecapekan karena membantu membereskan kebun Dell dan jadi berhalusinasi tentang anak itu,’ Len meyakinkan dirinya
“Len!” suara Rin membuyarkan pikiran Len. Si pemilik nama menoleh ke arah sumber suara dan dilihatnya empat orang temannya sedang berlari ke arahnya
“Kau ini mengagetkan kami saja! Ada apa? Kenapa tiba-tiba berlari seperti itu?” tanya Kaito
“Maaf,” kata Len
“Dimaafkan. Tapi lain kali jangan membuat kami kaget ya!” sahut Miku dengan senyum. Len menganggukkan kepalanya
“Jadi?” tanya Kaito lagi
Len menoleh kearah Kaito dan mengangguk lagi. Dia menunjuk ke arah cermin yang ada sebelah kanannya.
“Ini cermin yang kau bilang itu?” tanya Mikuo
“Yeah. Tapi kurasa tidak semenarik kemarin. Kurasa aku hanya berhalusinasi,” jawab Len. Sepertinya kalimat terakhir Len cukup untuk membuat Rin dan Miku saling pandang dengan tatapan penuh tanya
“Coba pinjam senternya,” kata Mikuo. Len menyerahkan senter biru di tangannya pada Mikuo. Kemudian remaja berambut aqua itu mengarahkan cahaya senternya ke cermin yang ditunjuk Len.
“A-apa?!!” serunya kaget. Matanya terbelalak kaget menatap pantulan cermin yang tampak di matanya
“Ada apa?” tanya kaito sambil menepuk pundak Mikuo
“I-itu…” Mikuo tergagap, tapi tangannya menunjuk ke cermin yang berada di samping kanan Len
“Mustahil!!” seru Kaito. Seruan Kaito membuat Rin dan Miku menatap cermin itu juga. Seketika mata mereka terbelalak ketika melihat bayangan yang terpantul di cermin
“Ada apa sih?” tanya Len pada teman-temannya yang masih tercengang. Sunyi, tak ada yang menjawab.
Karena tak mendapat jawaban, Len menoleh ke arah cermin itu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan bayangan misterius yang menghantui pikirannya sejak kemarin kembali terlihat. Len dapat melihat rambutnya yang hitam mencapai bagian belakang tengkuknya, juga mata kuningnya yang menusuk, kemeja hitam tak berlengannya, dan dasi putih yang melilit rapi di lehernya. Len memutar tubuhnya menjadi menghadap cermin—begitu pula bayangan anak misterius itu. Len mengangkat tangan kanannya, anak itu mengangkat tangan kirinya. Len menggerak-gerakkan tangan kanannya, anak itu menggerak-gerakkan tangan kirinya. Len memiringkan kepalanya ke kiri, anak itu memiringkan kepalanya ke kanan. Lalu perlahan-lahan disentuhnya permukaan cermin itu dengan menggunakan telapak tangan kanannya, anak itu juga menyentuh permukaan cermin menggunakan telapak tangan kirinya dengan perlahan. Permukaan cermin terasa dingin di kulit Len yang hangat. Namun tiba-tiba rasa dingin itu hilang digantikan oleh rasa hangat. Len terbelalak kaget, sedangkan anak misterius itu hanya tersenyum simpul. Len menarik tangannya lagi dan kembali menatap mata kuning anak itu.
“Len… itu…” bisikan Rin membuyarkan segala pikiran yang berkecamuk di otak Len. Anak lelaki berambut pirang itu menoleh pada saudari kembarnya.
“…siapa?” sambung Rin. Len terdiam. Rin maju selangkah demi selangkah dan mulai mendekati saudara kembarnya yang masih terpaku di depan cermin itu. Seiring dengan langkah Rin yang semakin mendekat, Len kembali memandang permukaan cermin yang menampakkan bayangan anak misterius itu.
Rin berdiri dengan ragu disamping saudara kembarnya dan merapatkan diri padanya. “Len…” bisik gadis itu
Si pemilik nama menaikkan sebelah alisnya ketika melihat ruang kosong di sebelah bayangan misterius itu, tempat dimana seharusnya Rin berada.
“Rin, kenapa bayanganmu tidak ada?” bisiknya
“A-apa?!” Rin mengucek matanya dan berjalan mendekati cermin. Namun hasilnya tetap sama, bayangan Rin tak juga muncul di cermin itu. Gadis berbando itu menoleh ke belakang, mendapati teman-temannya sedang berdiri di belakangnya dan saudara kembarnya. Tapi, tidak ada bayangan mereka di cermin itu. Cermin itu hanya memantulkan bayangan anak misterius yang harus Rin akui bahwa mirip dengan Len. Bayangan anak misterius dalam cermin itu menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang putih.
Len menggelengkan kepalanya. ‘Apa ini masih salah satu dari halusinasiku?’ batinnya
Lagi-lagi Len menjulurkan telapak tangan kanannya dan disentuhnya permukaan cermin dengan tangannya itu. Bayangan anak itu juga melakukan hal yang sama, tappi menggunakan tangan kirinya. Len dapat merasakan permukaan dingin cermin itu, tapi sama seperti sebelumnya tiba-tiba rasa dingin itu berubah menjadi hangat. Seakan-akan Len sedang menyentuh kulit makhluk hidup yang masih bernafas, bukannya permukaan cermin.
Bayangan anak lelaki misterius itu menarik tangannya menjauh dari permukaan cermin, membuat Len kembali merasakan dinginnya permukaan cermin. Len melakukan hal yang sama sambil memandangi anak itu dengan penuh tanya. Sedang anak itu sama sekali tidak menjawab pandangan itu, dia hanya mengepalkan tangan kirinya. Len menaikkan sebelah alisnya, pertanda bahwa dia sangat bingung. Perlahan anak itu membuka kepalan tangan kirinya dan mengisyaratkan Len untuk menghampiri dirinya. Len hanya diam di tempatnya. Dia sama sekali tidak yakin akan apa yang harus dilakukannya.
“Len,” Mikuo menepuk bahu anak lelaki pirang itu, membuatnya sedikit terlonjak
“Inikah yang kau maksud menarik?” sambung Mikuo. Len mengangguk
“Aku juga melihatnya pagi ini di rumah,” tambah Len
“Siapa itu?” tanya Kaito
“Entahlah,” Len menggelengkan kepalanya
Len kembali menoleh ke cermin. Dia melihat anak lelaki misterius itu masih berdiri di sana dan mengisyaratkan Len untuk menghampirinya. Dengan langkah ragu, Len berjalan menghampiri cermin itu kembali menyentuh permukaannya. Len membayangkan akan menyentuh permukaan keras dan dingin seperti sebelumnya, tapi ternyata yang disentuhnya adalah zat tak padat yang mirip air. Hal itu membuat tangannya melesak masuk ke dalam cermin tua itu. Dengan spontan Len menariknya. “A-apa itu?!” serunya
“Ada apa Len?” tanya Kaito
“Coba letakkan tanganmu di cermin itu,” gumam Len
“Hm? Baiklah…” Kaito meletakkan telapak tangan kirinya di permukaan cermin itu. Dia pun mengalami hal yang sama dengan Len, tangan kirinya melesak masuk ke dalam cermin itu. “A-apa?!”
Mikuo, Miku, dan Rin mengamati bagaimana tangan Kaito masuk ke dalam cermin itu. Mereka bertiga hanya saling berpandangan dalam tatapan bingung.
“Kurasa ada sesuatu di balik sana,” perkataan Rin sepertinya menyuarakan apa yang ada di pikiran mereka berlima. Miku mengangguk, “Kurasa Rin benar,” katanya
“Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Kaito
“Masuk ke sana?” usul Rin
“Kau gila! Mana mungkin kita ke sana?!” seru Mikuo
“Kenapa tidak?” tanya Rin
“Kita tidak tahu apa yang ada di balik sana, kan?” Mikuo balik bertanya
“Justru karena tidak tahu, ya kita cari tahu!” Rin berkacak pinggang. “Kurasa di sana tidak akan ada hewan buas yang mengerikan,” sambungnya
“Kurasa Rin benar. Anak itu sepertinya mengajak kita ke sana,” kata Miku pelan sambil menunjuk anak lelaki misterius itu
Hening. Tak ada yang memberi tanggapan. Semuanya sibuk memerhatikan apa yang terpantul di cermin. Namun hasilnya nihil, perbedaan dari benda asli dan pantulan di cermin tua itu hanyalah anak lelaki misterius itu. Sisanya semuanya sama, meja kayu yang penuh debu, sofa empuk yang ditutupi kain putih kusam, bangku-bangku kecil, lemari-lemari kokoh yang berdebu disana-sini.
“Aku akan ke sana,” Len memecah keheningan
“Len?!! K-kau?!” Mikuo terkesiap mendengar pernyataan Len
“Ya, aku ingin tahu siapa dia,” jawab Len dengan mantap
“Aku ikut,” kata Rin dengan antusias
“Kalau begitu aku ikut juga!” kata Kaito
“Hhh… Apa boleh buat… Aku juga akan ikut,” Mikuo menghela nafas
“Aku juga!” Miku menganggukkan kepalanya
“Tidak, kau tidak boleh ikut!” kata Mikuo tegas
“Aku juga ingin ikut… Aku ingin pergi ke tempat yang belum pernah kulihat sebelumnya,” Miku memainkan pita-pita di baju terusannya
“Tidak!”
“Tapi…”
“Biarkan saja Miku ikut. Kurasa tidak ada salahnya juga kan?” tanya Kaito santai
“T-tapi…” Mikuo melirik wajah Miku yang dipenuhi antusiasme. Rasanya dia tidak tega jika harus memadamkan antusiasme adik tersayangnya dengan satu kata. “Baiklah… Kau boleh ikut…”
“Yeaaah!! Terimakasih kak!” Miku memeluk erat Mikuo, sedangkan Mikuo hanya menepuk-nepuk punggung Miku ringan.
“Baiklah, siap?” Len memberi aba-aba. Semua mengangguk
“Ayo,”
.
.
Mereka berlima terjatuh di atas hamparan rumput hijau yang terasa empuk di bawah mereka. Masing-masing masih sibuk dengan diri mereka sendiri. Tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah kaki yang semakin mendekat. Len mencoba membuka matanya, namun sangat sulit entah karena apa. Satu-satunya hal yang dia tahu adalah tempat itu dipenuhi cahaya matahari yang menyilaukan sehingga membuat matanya harus beradaptasi terlebih dahulu.
“Hei, kau yakin mereka orangnya?” tanya suara baritone yang pasti dimiliki oleh seorang pria
“Yeah,” sahut suara lain
“Aku tidak percaya,”kata suara pertama dengan nada meremehkan
“Apa kau bilang—“
“Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar terus!” kata suara ketiga yang pasti dimiliki seorang anak gadis
“Hei, Rui, jangan dihentikan dulu. Ini semakin menarik!” kata suara keempat dengan nada jahil
“Cukuuuup!” gadis itu berteriak. Sesaat kemudian hening, tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali. “Hei… kalian tidak apa-apa kan?” tanya si gadis
“Aku yakin mereka baik-baik saja,” suara keempat berkata sambil menusuk-nusuk pipi Kaito dengan jari telunjuknya yang dicat merah
“Ummhh… Kalian… siapa?” tanya Len lemah sambil mengucek matanya yang sakit
“Kami? Hahahaha kurasa lebih baik kujelaskan saat teman-temanmu sudah sepenuhnya sadar!” kata pemilik suara baritone
“Ummhh…” Pandangan Len mulai jelas, kini dia bisa melihat sosok-sosok yang tadi bertengkar di dekat mereka. Len melihat empat orang dengan umur berbeda-beda sedang mengelilingi mereka. Sosok pertama bertubuh tinggi dengan rambut berwarna hitam pekat, namun sebagian rambut di bagian samping wajahnya dicat merah senada dengan warna baju luarannya. Dia menggunakan aksesori yang terlihat seperti sabuk di kedua pergelangan tangan serta pergelangan kakinya sebuah. Dan sebuah sabuk merah meliliti pinggangnya. Baju luarannya yang berlengan panjang itu tidak dikancingkan, memperlihatkan baju berwarna hitam yang menutupi dadanya.
Kemudian sosok kedua adalah anak lelaki misterius yang dilihat Len dan teman-temannya tadi. Tapi sekarang Len dapat melihat sosoknya lebih jelas. Rambutnya yang hitam dibiarkan tergerai mencapai tengkuknya, matanya yang kuning memandang tajam, dan kulitnya seputih porselen. Kemeja hitam beraksen kuning yang dikenakannya berbeda di bagian lengannya—yang kanan berlengan panjang sedangkan yang kiri lengannya terpisah. Dasi putih melingkar rapi di lehernya. Celana abu-abu yang dikenakannya terlihat rapi ditambah dengan sabuk berwarna hitam-putih juga sepatu putih dengan sedikit aksen kuning
Lalu sosok ketiga adalah versi perempuan dari sosok kedua. Rambut mereka sama-sama hitam, namun rambut gadis ini memakai jepit untuk menahan poninya dan pita putih di bagian belakang kepalanya. Matanya juga yang berwarna kuning sama menusuknya dengan sosok kedua, juga kulitnya yang seputih porselen. Tapi gadis ini mengenakan baju putih tak berlengan yang bagian bawahnya berbentuk zig-zag serta vest tanpa lengan berwarna hitam dan pita putih terikat manis di kerahnya. Ditambah dengan rok abu-abu selutut dan celana hitam ketat juga ikat pinggang hitam-putih dan sepatu putih dengan sedikit aksen kuning
Sosok keempat sangat mirip dengan Kaito. Hanya warna rambut dan gaya berpakaiannya saja yang berbeda. Badannya tinggi dan bisa dikatakan kurus. Warna rambutnya yang merah serasi dengan mata dan syal yang melingkar di lehernya. Pakaiannya seperti mantel berbahan ringan berwarna putih dengan aksen merah dan kuning di beberapa bagian. Mantel itu sama sekali tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos hitam ketat yang dikenakannya sebagai dalaman. Celana cokelatnya terlihat sangat pas di kakinya dilengkapi dengan ikat pinggang berwarna hitam polos dan sepatu berwarna putih dengan aksen merah.
Tapi ada satu hal yang menjadi kesamaan mereka. Earphone. Mereka semua menggunakan earphone, meskipun dengan berbagai warna dan ukuran. “Selamat datang di, Hyuponia,” kata mereka berempat
.
.
TO BE CONTINUED
TO CHAPTER IV: REFLECTIONS AND SHADOWS
.
Akhirnya chapter III selesai jugaa! Fyuuh… Saku ngerjainnya dengan penuh pengorbanan nih! (ngaco tuh *gaploked*) Gomen kalau updatenya bener-bener lama… -___- Aih, jadi ga enak sama Readers yang udah penasaran sama fic ini… Oh ya mohon maaf juga ya kalau banyak typo, penuh dengan OOCness, dan ceritanya aneh bin ga jelas. Thanks for all Readers! Baik yang ngereview ataupun yang hanya jadi Silent Readers! Saku seneng kalau ada orang yang mau baca fic Saku! ^u^
And, special thanks to: RIO ADITYA PERMANA a.k.a FUYUGAMI RYO!!! Thanks ya udah bantuin Saku bikin fic ini… Tanpa bantuanmu, fic ini ga akan jadi gini *lebay mode: ON*


*sesama bernuansa 'mirror' hehehe... :P*