25/11/10

QL!!

Ayo~~ besok udah QL loooh....

Gogogogogo ANGKLUNGXII!!! (haha naoon sih?)

Semoga ga ada masalah yang parah banget.. (soalnya, personally, aku ngerasa kalau guru-guru tuh suka banget bilang ANGKLUNGXII troublemaker, padahal masih ada angkatan yang jauuh lebih parah dari ANGKLUNGXII)
Semoga nanti ga ada ceramah yang bikin males (walaupun aku ragu sama hal itu)
Semoga nanti ketua PROSPEK sama PENSI yang kepilih tuh yang terbaik... (amiiin)

Well, semangat buat ANGKLUNGXII! Love you all! :*

SB, temennya JB (naon sih? ga nyambung)

Judul post ini emang rada(baca:sangat) ngawur. Masa SB (Sangat Bete) jadi temennya JB(Jajan Baso)? Kan ngaco... -__- Ah sudahlah... dari pada tambah ngaco, mending langsung aja ke intinya.

Aih entah kenapa akhir-akhir ini aku bt banget sama guru-guru... Ah terserah deh.

Tapi gila juga ya... Aku nge-post posting ini pas hari Kamis, tanggal 251110--Hari Guru. Ironi? Hahahaha lucu

15/11/10

Hmmm Nothing

Halo! Sebenernya post ini mau aku post pas hari kejadiannya, tapi yah, apa boleh buat, modemnya kesamber petir sih...
Hmm langsung aja. beberapa hari yang lalu--kalo ga salah sih hari Senin tanggal 081110--
Kasian banget si Mpit.. Soalnya matanya 'kelempar' lakban sama si Fikri. Kasian bangetlah, kelopak matanya sampe bengkak. Udah gitu dua hari kemudian ga masuk gara2 ke dokter. Watir pisan.. Yah, untungnya sekarang udah sembuh.

Kalo ga salah sih seminggu yang lalu, hari Rabu tanggal 101110, Bu Ati ngambek sama anak-anak IXB. Yah, aku akui sih kita emang ribut, tapi toh ga ribut-ribut amat kok, dan Bu Atinya juga biasa aja. Terus beberapa menit abis bel jam pelajaran pertama, Bu Ati bilang "Sok sekarang kalian ke kelas aja." (waktu itu kita lagi pada di lab biologi, soalnya Bu Ati presentasi pake powerpoint) Terus kan kita pada bingung, eh tiba-tiba si Fikri langsung nyelonong pergi keluar. Udah gitu Bu Atinya keliatan tambah bt, terus keluar dari lab. Begitu Bu Ati keluar, dengan tiisnya si Fikri masuk lagi ke lab sambil bilang "Eh, Mirror perginya pake truk!" omfg! emang penting ya? Udah gitu kita semua pada ke VIIA buat minta maaf ke Bu Ati. Meskipun Bu Ati bilangnya udah maafin, tapi Bu Ati juga bilang "Ibu mah ga bakal ngajar lagi di IXB. Sok sekarang kalian ke kelas, belajar sendiri."
JDEEEER!!! Gila! Kita pada kaget banget. Setelah minta maaf berulang kali, akhirnya Bu Ati ngusir kita dan kita balik ke kelas.

Masih di hari yang sama, Rabu 101110, pelajaran B.Inggris. Bu Tanti marah-marah gara-gara kita pada ke toilet waktu ganti pelajaran (yan ada di kelas hanya sekita 7 orang--sepertiga dari jumlah harusnya). Well, kita toh emang pada dasarnya kita ga suka sama Bu Tanti. Apalagi waktu Bu Tanti nagihin 5.000 ke anak-anak yang ga bawa kertas Ma Liang.

Besoknya, Kamis 111110, awalnya biasa aja. Tapi waktu pelajaran Geo, Bu Evie nasehatin kita sampe kurang lebih 40 menit. Wew... alhasil ga ada yang presentasi hari itu.

Little Secret

.
LITTLE SECRET
Presented by: Murasaki Sakura
.
Summary: Empat hal—seorang pemuda, seorang anak kecil, kematian, dan setelah kematian—, empat perasaan—iri, kagum, bersalah, dan bahagia—, dan satu orang. Summary macam apa ini?!!
Disclaimer: Persona 3 tetep punya ATLUS kok
.
.
SILVER FIST
Hei,
apa kau tahu?
Sebenarnya aku sangat iri padamu.
Kau begitu hebat, begitu percaya diri, dan begitu kuat.
.
Jika dibandingkan denganku?
Hahahaha malah hanya akan membuatku bertanya,
Sebenarnya untuk siapa kugunakan kekuatanku?
.
Hei,
apa kau tahu?
Aku pun sangat mengagumimu.
Kurasa, bila kau tahu siapa sebenarnya aku,
maka kau hanya akan tertawa dan meninggalkanku.
.
Karena itulah aku selalu mengenakan topeng ini dihadapan semua orang
Karena untuk melindungi diriku yang lemah dengan sebuah kebohongan
.
Hei,
apa kau tahu?
Meskipun aku iri sekaligus kagum padamu,
aku selalu senang menjadi sahabatmu
.
BROWN LITTLE BOY
Mata anak itu selalu mengingatkanku pada hal yang paling tak ingin kuingat.
Ya, kebodohanku sendiri.
Membuatku mengingat betapa lemahnya diriku.
Dan aku sangat membenci itu
.
Meskipun perasaan bersalah selalu menggerogoti hatiku,
Aku sama sekali tidak bisa mengatakannya padamu karena diriku yang seorang pengecut
.
Meskipun hanya satu kata,
tapi mengapa begitu sulit?
.
Hari itu,
Sudah kuputuskan bahwa aku harus mengakhiri perasaan ini.
Akan kubiarkan kau membunuhku.
Karena aku tahu, hanya hal itulah yang dapat membuatmu tenang.
.
Maafkan aku
.
LAST FULLMOON
Angin malam yang begitu menusuk,
Hawa membunuh yang begitu mencekam,
Sinar rembulan yang begitu hampa,
Tak membuatku mengurungkan niatku.
.
Aku tahu,
Hari ini adalah hari pembalasan bagimu padaku.
Dan aku menerimanya.
Karena aku tahu, aku memang bersalah padamu.
.
Tapi, takdir berkata lain.
Ternyata nasibku bukanlah mati di tanganmu,
Tapi mati di tangan lelaki itu.
.
Takdirku bukanlah mati karena ketajaman tombakmu,
Tapi karena pelurunya yang begitu cepat menembus diriku.
.
Tapi, pada akhirnya aku bisa lega.
Karena satu-satunya hal yang bisa menebus dosaku telah tercapai,
.
Ya, kematianku.
.
FOREVER
Putih.
Yang kuingat adalah putih.
Karena semua menjadi putih di pandanganku saat itu.
.
Seruan-seruan yang begitu kukenal terus memanggilku di kejauhan.
Rasanya ingin kujawab seruan mereka,
kugapai tangan-tangan mereka,
kuhampiri mereka.
.
Tapi kurasa mustahil.
Karena saat ini, aku sudah mati.
.
Entah sudah berapa lama aku memandangi kalian semua dari sini
.
Saat kalian menangis untukku,
saat kalian berjuang melawan shadow,
saat kalian bahagia akan kemenangan,
.
Ah, senandainya aku bisa bersama kalian lagi…
Seandainya aku bisa tetap bersama kalian…
.
Satu hal yang ingin kuucapkan,
Terimakasih teman-teman,
Aku tahu kalian tidak akan melupakan aku
Dan aku pun tidak akan melupakan kalian

Selamanya…
.
.
WAKS!! APA-APAAN INIII?!!! GYAAAAAAAAAAH!!
Gomen ne… Otak Saku lagi error nih gara-gara makan ramen yang pedesnya setengah mati… Makanya jadi bisa bikin yang beginian.
Eh ada yang bisa ngerti maksud dari fic ini? Kalau ada, hebat. Soalnya Saku sendiri agak ga ngerti. -__-

Behind the Mirror chapter: IV

.
Summary: Apa kau tahu apa yang ada di balik cermin? Ketika kau tahu, bisakah kau mengingkarinya? CHAPTER IV: REFLECTIONS AND SHADOWS: …Kau adalah aku, aku adalah kau. Kita adalah satu…
Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha Corp.
.
BEHIND THE MIRROR
.
.
Aku ingin menjadi lebih kuat!
Aku ingin menjadi lebih hebat!
Aku ingin bisa melindungi orang-orang yang kusayangi!
Aku ingin dunia melihatku!
.
Murasaki Sakura Presents:
BEHIND THE MIRROR
CHAPTER IV: REFLECTIONS AND SHADOWS
…Kau adalah aku, aku adalah kau. Kita adalah satu…
.
Matahari bersinar sangat cerah di luar sebuah pondok kecil. Meskipun begitu, angin berhembus cukup kencang, membuat para penghuni pondok itu sama sekali tidak merasa kepanasan. Sembilan orang tengah mengerjakan berbagai aktivitas di dalam pondok itu. Ada yang sibuk bertengkar, ada yang sibuk melamun, ada yang sibuk membuat minuman, dan ada juga yang sibuk saling memerhatikan.
“Silahkan tehnya,” kata seorang gadis berambut hitam yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi sembilan gelas teh hangat
“Terimakasih,” kata seorang remaja berambut aqua, Mikuo
Seorang anak lelaki yang sangat mirip dengan gadis berambut hitam tadi langsung meletakkan gelas-gelas berisi teh hangat itu di meja kayu yang ada di tengah-tengah mereka semua. Kaito langsung mengambil gelasnya dan menyesap isinya. “Hei, teh ini enak!” katanya
“Benarkah? Terimakasih,” gadis berambut hitam tersenyum manis
“Sama-sama.” Kaito membalas senyumannya. Tiba-tiba Kaito merinding. Dia merasa ada aura pembunuh di dekatnya.
“Hei, tak usah genit-genitan segala dengan Rui. Bisa-bisa kau dibunuh,” bisik pemuda berambut merah yang sangat mirip dengan Kaito
“Ha? Apa maksudmu?” tanya Kaito kebingungan, tapi pemuda itu masih bisa merasakan aura pembunuh yang makin memancar. Kaito merasakan tatapan menusuk dari sampingnya. Lalu dia pun menoleh ke arah sumber tatapan itu. Dilihatnya anak lelaki berambut hitam yang mirip dengan gadis berambut hitam itu tengah menatapnya dengan pandangan membunuh. Kaito juga dapat merasakan aura pembunuh yang dirasakannya juga berasal dari anak lelaki itu
“Rei!” panggil gadis berambut hitam. Suara gadis itu sukses membuat si pemilik nama sedikit terlonjak. “Jangan menakut-nakuti Kaito,” lanjut gadis itu
“Huh!” anak lelaki itu hanya mendengus sambil membuang muka
“Maaf ya, kadang-kadang Rei bisa jadi menyebalkan seperti itu. Padahal biasanya tidak kok!” gadis itu membungkuk sedikit
“Tidak apa-apa,” Kaito tersenyum sambil menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal
“Tunggu, rasanya tadi kau bilang ‘Jangan menakut-nakuti KAITO’” celetuk Mikuo. Remaja bermata aqua itu memberi penekanan pada kata terakhirnya
“Ya,” gadis itu mengangguk
“Dari mana kau bisa tahu nama Kaito? Padahal kami sama sekali belum memperkenalkan diri.” tanya Mikuo tajam
“Hahahaha tidak terlalu serius seperti itu, Mikuo. Santailah sedikit sepertiku!” kata pemuda berambut hitam yang sebagiannya dicat merah
“Kau juga tahu namaku?!” seru Mikuo
“Tentu saja, bodoh! Kami tahu semua nama kalian,” kata si rambut merah
“Tolong jelaskan apa yang terjadi di sini!” pinta Rin dengan tegas
“Sudah kuduga,” si rambut merah bersungut. “Tapi kurasa, dijelaskan pun tidak ada gunanya. Kalian tidak akan mengerti!” lanjutnya dengan nada meremehkan
“Apa kau bilang?! Kau pikir kami ini bodoh?!” Mikuo berdiri dari kursi tempatnya duduk dan menatap pemuda berambut merah itu dengan sengit
“Whoa whoa… Lebih baik kau tenang dulu. Tentu saja aku hanya bercanda,” pemuda berambut merah itu memperlihatkan cengiran jahilnya
“Sudahlah, Akaito, kurasa Tuan Mikuo sama sekali tidak suka dengan lelucon bodohmu!” lerai pemuda berambut hitam yang sebagian dicat merah. Pemuda berambut merah itu hanya mengedipkan sebelah matanya dan kembali menampakkan cengiran kudanya.
“Baiklah, kurasa kami harus memperkenalkan diri terlebih dahulu,” kata anak lelaki berambut hitam, Mikuo mengangguk tanda setuju
“Namaku Kagene Rei,” kata anak lelaki itu. “Dan ini kembaranku, Rui,” lanjutnya sambil menengok ke arah gadis berambut hitam yang berada di sebelahnya
“Aku Akaito!” pemuda berambut merah itu tersenyum
“Kalian bisa memanggilku Rook,” pemuda berambut hitam yang sebagian dicat merah
“Namaku Kagamine Len,” Len memperkenalkan dirinya
“Aku Kagamine Rin, kembarannya Len!” kata Rin ceria
“Hatsune Mikuo,” kata Mikuo dingin
“Aku adik Kak Mikuo, namaku Hatsune Miku” Miku membungkukkan badannya sedikit
“Dan namaku Shion Kaito!” Kaito menutup perkenalan
“Sudah kubilang, kami sudah tahu nama kalian!” pemuda berambut merah bernama Akaito
Tak ada yang menanggapi kata-kata Akaito. Mereka semua hanya diam di tempat, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Mikuo mengedarkan pandangannya pada kedelapan orang yang berada di ruangan itu. Dan akhirnya memutuskan untuk membuka percakapan.
“Darimana kalian tahu nama kami?” tanya Mikuo
“Tentu saja kami tahu, karena kami ini kalian,” Akaito menjawab pertanyaan itu dengan santai. Tangannya dikaitkan di belakang kepalanya yang tertutup rambut merah
“Aku tidak mengerti…” kata Miku
“Kalian ingat darimana kalian masuk ke sini?” tanya Rook setelah menyeruput teh hangatnya
“Cermin…” gumam Rin
“Tentu saja, cermin! Itulah jawabannya!” Akaito menepuk puncak kepala Rin
“Tolong jelaskan! Aku masih tidak mengerti!” pinta Miku
“Tentu,” Akaito mengangguk. “Begini…”
“Kurasa akan lebih baik jika bukan kau yang menjelaskannya, Akaito.” sela Rook dengan sinis
“Apa maksudmu, Rook?” Kaito memberikan death glarenya pada Rook
“Biar aku saja yang jelaskan,” lerai Rei
“Silahkan,” Rook tersenyum. Rei menghela nafas, kemudian menganggukkan kepalanya.
“Kami menyebut dunia ini Hyuponia. Kalian, manusia, tidak mengetahui keberadaan kami dan dunia ini karena kami selalu menjaga portalnya agar selalu tertutup. Tapi karena suatu alasan, aku harus memanggil kalian ke sini.” mata kuningnya memandang lurus ke mata biru Len
“Kurasa itu sama sekali tidak menjelaskan apa-apa.” Mikuo melipat kedua tangannya di depan dada. Rei tersenyum sekilas
“Kalian tahu siapa kami?” tanya Rei
“Kau sendiri yang bilang kalau manusia tidak mengetahui keberadaan kalian dan dunia ini,” jawab Mikuo sinis
“Kami biasa disebut Reflection.” kata gadis bernama Rui
“Reflection?” tanya Rin
“Ya. Karena kami, yang hidup di Hyuponia adalah refleksi dari kalian, yang hidup di Dunia.” jelas Rui setelah meletakkan gelas berisi teh hangat di tangannya ke atas meja.
“Refleksi dari kami?” mata Mikuo sukses membulat mendengar penjelasan Rui
“Ya,” Rui mengangguk, “Bisa dibilang bahwa kami ini adalah perwujudan dari apa yang ada di hati kalian.” lanjutnya
“Lalu, apakah artinya kalian adalah perwujudan dari hati kami?” tanya Kaito
“Tepat sekali!” sahut Akaito ceria, “Apa kau bisa menebak dari hati siapa aku tercipta?” sambung Akaito
“Hatiku?” tanya Kaito
“Tepat!” seru Akaito sambil mengacungkan jempolnya
“Kalau begitu Rei dan Rui adalah perwujudan dari hatiku dan Rin?” tanya Len
“Benar sekali,” Rei mengangguk
“Apa? Berarti dia adalah perwujudan dari hatiku?” tanya Mikuo kaget, jari telunjuknya mengarah ke dada Rook
“Hahaha benar sekali, Tuan Jenius!” Rook menepuk puncak kepala Mikuo
“A-apa?!” Mikuo memberikan death glare-nya pada Rook
“Kalau begitu bagaimana denganku?” Miku menyela
“Ah, benar sekali! Di sini bahkan tidak ada reflection yang bisa menjadi perwujudan dari hati Miku!” seru Mikuo penuh kemenangan. “Coba jelaskan itu!”
“Aku sendiri tidak tahu soal itu. Tapi kita bisa mencaritahunya nanti, setelah kita menyelesaikan masalah yang akan kukatakan pada kalian.” Rei mengangkat kedua bahunya dan menatap mereka semua dengan tatapan serius
“Masalah?” tanya Miku
“Ya. Biar kujelaskan. Kami, yang hidup di Hyuponia terbagi atas dua golongan. Reflections, perwujudan dari hati manusia yang hidup di Dunia seperti kami, dan Shadows, Reflections yang kehilangan wujud aslinya di Dunia.” jelas Akaito
“Dalam setiap jiwa Reflections—atau sebutlah kami, kami mengetahui siapa sebenarnya wujud asli kami di Dunia meskipun wujud asli kami sudah meninggal. Tapi, berbeda dengan para Shadows. Mereka entah bagaimana melupakan wujud asli mereka sehingga mereka kehilangan kendali diri dan melakukan berbagai hal yang merugikan dan sulit dikendalikan.” sambung Rei
“Bagaimana kalau kita langsung ke inti permasalahan?” usul Kaito
“Masalahnya muncul sejak beberapa bulan yang lalu, sekumpulan Shadows yang dipimpin oleh seorang Reflection menyerang Kastil dan mengganggu kehidupan Hyuponia yang bisa dibilang cukup damai. Beberapa Reflections telah mencoba membuat aliansi untuk memerangi mereka, tapi usaha-usaha aliansi itu selalu gagal.” jelas Rei panjang lebar
“Jadi, maksud kalian memanggil kami kesini adalah untuk membantu kalian?” tanya Len yang menatap lurus ke mata Rei. Biru laut melawan kuning matahari.
“Ya,” Rei menganggukkan kepalanya
“Whoa kurasa ini bukan urusan mudah!” seru Kaito yang disambut anggukan setuju dari Mikuo
“Mungkin negerimu ini menderita karena si Reflection dan Shadows itu, tapi kurasa itu sama sekali bukan urusan kami. Karena kami sendiri sudah tinggal di dunia yang berbeda dengan kalian. Jadi urusan dunia kalian sudah bukan urusan kami.” sahut Mikuo
“Mungkin yang kau katakan ada benarnya, Tuan Jenius. Tapi apa kau lupa? Reflections adalah cerminan dari hati kalian, bagian dari hati kalian juga.” kata Rook sambil melipat kedua tangannya di depan dada
“Tapi… tetap saja kita tinggal di dunia yang berbeda!” seru Mikuo sengit
“Kak Mikuo, cukup!” lerai Len
“Benar, Tuan Jenius, cukup!” ejek Rook yang menirukan kata-kata Len
“Kau juga, Rook!” seru Akaito. Rook hanya terkekeh mendengar seruan Akaito.
“Jadi, apa kalian mau membantu kami?” tanya Rei. Suaranya memang seserius wajahnya, tapi jika kita menatap ke jauh dalam matanya, kita bisa melihat ada sedikit kesedihan yang tersirat di sana.
Len mengangguk, “Baiklah, kami akan membantu kalian,”
“Tunggu dulu Len! Apa maksudnya ini?!” tanya Mikuo, kemarahan terdengar kentara dalam suaranya
“Ya, kita akan membantu mereka,” Len mengulangi pernyataannya
“Aku tidak setuju! Lebih baik kita pulang sekarang!” teriak Mikuo yang langsung berdiri dari kursi yang didudukinya dengan wajah penuh amarah
“Apa kau tahu caranya?” tanya Akaito
“Tidak, tapi kalian pasti tahu!” Mikuo menuding Rei
“Kalau aku jadi kau, aku tidak akan seceroboh itu.” Rei berkata acuh tak acuh
“Apa maksudmu bocah?!” amarah Mikuo semakin memuncak
“Satu-satunya cermin yang bisa kau gunakan untuk kembali adalah Cermin Agung yang berada di Kastil yang dijaga ketat oleh puluhan bahkan ratusan shadows. Selain Cermin Agung, tidak ada cermin lain yang bisa kau jadikan jalan keluar dari Hyuponia.” jelas Rei tanpa bahkan memandang ke arah Mikuo. Mendengar itu, Mikuo hanya bisa berdecih kesal.
“Kurasa, sudah diputuskan bahwa kita akan berada di sini sampai Shadows yang menjaga cermin itu hilang.” Kaito menarik keputusan
“Ya, aku tidak keberatan dengan hal itu.” Miku mengangguk
“Sama sekali tidak!” Rin menggelengkan kepalanya kuat-kuat
Rui tersenyum lebar mendengar pernyataan Kaito, Rin, dan Miku. Sedangkan Rook dan Akaito hanya nyengir kuda seperti biasanya. Rei maju ke depan Len dan menjabat tangan remaja pirang itu.
“Terima kasih… Aku tahu kalian pasti bisa melakukannya.”
Len menyambut tangan Rei dan tersenyum.
Tapi masih ada satu hal yang mengganjal pikirannya, kata-kata Mikuo, ‘Di sini bahkan tidak ada Reflection yang bisa menjadi perwujudan dari hati Miku’.
Apa yang terjadi pada Reflection Miku?
.
.
TO BE CONTINUED
TO CHAPTER V: SHADOW AND THE PRINCESS
.
Halo minna-san! Apa kabar?
Gomen kalau updatenya luamaaaaaaaaaa buaaaaaanget dan chapternya pendek buaaaaaaaanget! Gomen banget yaa soalnya Saku sangat sangat sangat sibuk dengan urusan sekolah yang bejibun! Apalagi sekarang ini Saku udah kelas 9, jadi harus banyak belajar buat UN, belum lagi banyak tugas dan ulangan… Hhhh gomen ne…
.
Thanks for all READERS! Baik yang ngereview dan yang cuma jadi Silent Readers! Juga bagi yang udah mau nungguin fic ini update! THANKS FOR YOU ALL! :DDDD

Modem, Petir, Internet?! DUAAAR!!

GILA LAH! MODEM AKU KESAMBER PETIIIIIR!

Agh! Gara-gara itu aku jadi ga bisa internetan selama seminggu lebih!!

06/11/10

QIS, Quantum Integrated Science

Huahahahaha kemaren, waktu pembahasan TO dari GO, ada selebaran tentang data diri gitu. Terus salah satu pertanyaannya: "Apakah Anda sudah mengikuti les?" jawabannya: "Tidak; Ya, di ...."
Iseng-iseng we aku tulis "Ya, di Quantum."

Naon lah

NAON PISAAAAAAAAAN PAPAN DADA AKU YANG PENUH GAMBAR DIRUSAK SAMA AYAH AKU DOOONG!!!!!!!!!!!!!!! NAON PISAN LAH!

02/11/10

Mon011110, Insiden Pongpet

Senin, 011110--kemarin

Hari ini ada ulangan math tentang statistika--materi yang bikin males. Pelajaran math adanya waktu setelah istirahat siang, jadi masih ada banyak waktu buat belajar lagi. *oke, skip time deh.*
Pendek kata, ulangan mathnya selesai. Meskipun aku ga yakin bakal dapet nilai 100, tapi yah, minimal ulangannya selesai lah. Udah gitu masuk ke jam pelajajaran terakhir, KWG. Bu Ratna bilang, "Cari data buat bahan presentasi. Tapi carinya jangan langsung semua ke labkomp, tapi perwakilan kelompok aja. Udah gitu kesananya 2 orang dulu, terus gantian." Ya udah, aku yang notabene masuk kelompok ke-5 (bareng Fikri sama Biondi), terpaksa nunggu di kelas. Tapi karena ga betah, akhirnya cewe-cewe pada keluar dan jalan-jalan.
Nah, waktu lagi jalan-jalan itu tiba-tiba kita ketemu sama Kiki dan Odip yang lagi rusuh turun tangga. Ya kita tanya aja, "Ai kalian... Rusuh-rusuh amat. Mau ngapain emang?" Terus mereka ga langsung ngejawab, tapi kaya diskusi dulu. Akhirnya Odip bilang, "Ya udah Ki, kamu cari Bu Nela aja," udah gitu Kikinya pergi.
Abis Kiki pergi, Odip cerita tentang masalahnya. Jadi gini masalahnya:

Biondi sama Fikri yang lagi jalan-jalan, ngeliat si Pongpet sama Rizqi lagi di depan ruang OSIS sambil bawa-bawa buku yang sampulnya warna biru gitu. Nah, buku yang sampulnya biru semua itu kan cuma buku math, jadi otomatis Biondi curiga. Begitu ngeliat Biondi, si Pongpet langsung nyuruh Rizqi cepet-cepet masuk ke kamar mandi. Terus Biondi sama Fikri langsung balik ke kelas dan ngecek tumpukan buku ulangan math yang ada di meja belakang. Setelah dicek, ternyata yang ga ada cuma 3 buku: Bukunya si Pongpet, bukunya Rizqi, sama bukunya Icha.
Anak-anak cowo yang tau langsung berunding di kelas. Pasalnya, kelakuan si Pongpet yang emang mencurigakan plus ilangnya buku Icha yang notabene salah satu anak terpinter di kelas bikin anak-anak cowo yang lain curiga kalau si Pongpet bakal nyontek jawabannya Icha biar dia bisa dapet nilai 100. Supaya lebih jelas, akhirnya Almand sama Biondi ke kamar mandi, terus Almand manjad ke pundaknya Biondi dan ngeliat ada apa di dalem kamar mandinya. Pas diliat, ternyata ada si Pongpet sama Rizqi yang lagi nyalin jawaban dari bukunya Icha. Udah gitu Almand langsung lapor sama anak-anak yang lain.
Zian langsung aja ngegedor pintu kamar mandinya sambil bilang, "Woi! Keluar! Anak-anak sekelas udah pada tau!" udah gitu si Pongpet sama Rizqi keluar. Kalau Rizqi sih keluar dengan muka bersalah dan ga enak, tapi kalau si Pongpet... boro-boro, dia malah keluar dengan muka sok ga berdosa. Dan Rizqi langsung ngehapus jawaban yang tadi sempet dia salin (hanya jawaban no.4 doang). Akhirnya cowo-cowo mutusin buat lapor ke Bu Nela yang notabene walikelas plus guru math angkatan aku.
Tapi cowo-cowo ga enak sama Rizqi yang notabene anak alim yang susah nolak. Temen-temen percaya kalau Rizqi sebenernya dipaksa sama si Pongpet, supaya kalau si Pongpet disidang, dia bakal punya temen. Karena pertimbangan itu, akhirnya kita ga jadi (BELUM JADI) ngelaporin si Pongpet ke Bu Nela. Tapi kita nyaranin Rizqi buat ngerjain ulang ulangannya dibawah pengawasan kita. Tiba-tiba si Pongpet (dengan muka sok ga bersalah dan sok teraniaya) bilang ke Rizqi, "Ya udah Qi, kita kerjain aja apa yang temen-temen minta. Kalau temen-temen mintanya gitu, ya udah kita lakuin gitu aja."

WHAT?!!! AKU ULANG: INI KATA-KATANYA SI PONGPET: "Ya udah Qi, kita kerjain aja apa yang temen-temen minta. Kalau temen-temen mintanya gitu, ya udah kita lakuin gitu aja."
APAAN TUH?! DIA MAKE BILANG 'KITA' SEGALA! PADAHAL ANAK-ANAK KELAS 9B CUMA NYURUH RIZQI! AKU ULANG: CUMA NYURUH RIZQI!!

Sampai-sampai Odip bilang gini: "Pokoknya kalau kita konsekuensi, kita bilang aja, 'Kita ngejalanin ini karena Rizqi dan bukannya karena si Pongpet!" dan kita setuju sama kata-katanya Odip.

Akhirnya waktu sore, ketauan juga sama Bu Nela. Karena dengan begonya si Pongpet ngerjain ulang ulangan math di kelas 9B, di depan Bu Nela. Ya jelas lah Bu Nela nanya, "Kenapa masih ngerjain?" dan akhirnya ketauan juga kejadiannya. Si Pongpet dengan begonya bilang ke Bu Nela, "Sayaga peduli meskipun dapet nilai 0!" ya jelas aja Bu Nela marah dan bilang, "Kamu terlalu ngeremehin Ibu!"
Akhirnya Bu Nela bilang, "Ibu bakal ngenilai ulangannya Rizqi kaya biasa kecuali nomer 4nya. Kalau Pongpet(manggilnya pake nama asli) sih ibu kasih nilai 0!" dan dengan tiisnya Bu Nela pergi.
HUAHAHA RASAIN TUH PONGPEEET!!! MAKANYA, JADI ORANG JANGAN RESE DONG!

Dan guess what?? Hari ini (Tue021110) si Pongpet ga masuk! Udah gitu cowo-cowo pada ngatain kalo dia ga masuk gara-gara daftar ke SLB gara-gara idungnya pongpet!

Eaa hasil TO stress...

Awalnya gini.. waktu hari minggu kemaren tuh ada TO dari GO gitu di sekolah. Kata Bu Nela sih promosi dari GO, jadinya gratis buat sekolah-sekolah di Bandung Raya.
Nah, tadi siang tuh hasilnya dibacain dan yang jadi peringkat 1,2,3nya (dari 3000an peserta) anak-anak SAF. Peringkat 1nya si Upan (ah biasa...), peringkat 2nya Dillan (wes lah pinter...), peringkat 3nya Fara (pastilah! pinter gitu!). Dan ga nyangkanya ternyata aku peringkat 7 dong!! Wahahaha gila ga sih?! padahal aku sama sekali ga belajar, ngerjain 25 soal math plus 20 soal fisika ngasal, dan sama sekali ga serius! Stress lah...

Tapi alhamdulillah deng dapet hasil yang bagus...